Kreuzberg, 01.03.2016
Dear, Tiestco.
First, I just wanna say, I feel like I wanna puke.
Maksudku, aku dan Regen sebagai pasangan? Hei, kalaupun aku dan Regen tidak bersaudara, aku tetap enggan menjadi sepasang kekasih.
Aku masih mengikat janji pernikahan dengan suamiku, Dear. Andai saja Regen bukan saudaraku, aku tetap akan memilih Lucas. Karena, well, aren’t you feel disgusted to take your brother as your husband? Dan lagi pula, aku dan Regen sedarah. Aku sering memanggilnya bodoh dan ia memanggilku perawan tua karena aku belum menikah juga hingga di usia 29 (but hey, dia dapat karmanya sendiri). Re itu kadang kurang ajar, memang. Dia bahkan membeberkan seluruh aibku kepada Lucas di hari pernikahanku. Tapi tinggal tunggu waktu saja aku akan membeberkan aibnya kepada Varsha.
Dan aku tidak bisa toleran dengan sikapnya yang terkadang bodoh dan kikuk tidak pada tempatnya. Astaga, adikku itu sepertinya kurang menikmati masa puber. Kupikir jika kami berumah tangga—again, it feels really weird—akan sering terjadi kekerasan dariku karena aku tak mampu mengendalikan emosi dan Regen kadang terlalu batu. Aku wanita yang butuh perhatian dan ditenangkan, bukan yang dicueki dengan kaku. Dan sampai sekarang, hanya suamiku yang bisa memenuhi kebutuhanku itu.
Dear, seandainya kautahu betapa seringnya aku mengingatkannya perihal itu. Dan kuharap kau hanya bergurau di kalimat yang menyatakan kau menyukai Regen. Dia lebih pantas jadi ayahmu.
Gonna miss you too, babe
Smooch,
Paula Krüger