Assalamu'alaykum.. Hai, selamat sore, ini bukan pemberitahuan tentang Update... aku hanya... eum apa ya sebutannya? Ini hanya sedikit cerita dari apa yang aku pikirkan belakangan ini. Jadi, beberapa waktu lalu aku bermasalah dengan seseorang, dimaki2, eum bukan sih, istilah jaman sekarang itu "digas", ibarat kamu dimarah2in sambil ditunjuk2. Yeah begitu kira2. Sakit hati? Jelas. Akalku waktu itu berpikir, 'padahal maksudku baik, caraku juga dicoba baik2', dan tiba2 jadi teringat seseorang bilang "Jika orientasi kita bukan Allah, perlakuan baik kita terhadap manusia belum tentu dapat imbalan yang sama" dan hati saya membenarkan, iyasih ya... itulah kenapa kita tidak boleh berharap pada manusia. Lantas gak lama kemudian, ada lagi kutipan yg aku baca dari Al mizzi hafidzahullah, "yang terpenting adalah kita tetap berbuat baik" nah iya bener, sebab Allah yang menilai bukan manusia. Berhari-hari, dari waktu ke waktu aku merenung, "apa kesalahan saya teramat sulit dimaafkan?" Namun lagi2 saya dihadapkan pada kenyataan bahwa yang benar2 tulus dan mampu memaafkan hanya Allah semata dan orang tua. Seperti kata jack ma, bahwa kita tidak berkewajiban membahagiakan semua orang, orang lain pun tidak wajib untuk selalu berbuat baik pada kita, yang pada akhirnya yang berbuat baik pada kita hanyalah orang tua kita sendiri. I'm... speechless... dan satu lagi, pas lagi lesu, galau mikirin kesalahan sendiri, ada lagi sebuah cuitan yang bikin aku.. gimana ya? Jadi pengen nangis.. this is about Palestina. Kira2 tulisannya seperti ini "waktu aku kecil, aku berpikir bahwa semua negara merdeka kecuali Palestina, rumah mereka di bom, orang tua diinjak2, anak kecil disiksa, kasihan sekali mereka. Tapi saat aku dewasa kini, aku tau.. bahwa kitalah yang belum merdeka, pikiran kita masih terbelenggu nafsu dunia dan hiburan semata, disaat mereka berpikir bagaimana esok hari akan berjuang, kita masih berpikir tentang pendapat orang." Kita sibuk, sibuk memikirkan manusia lainnya.