"Usai pahit pasti ada manis, begitu pula usai manis yang belum tentu berakhir manis"

Ya, ketika seseorang mulai mencobanya dari awal, dia bisa terhenti, terkadang juga memilih untuk maju dan melanjutkan. Setiap kesempatan bernilai setengah dari keseluruhan. Tak ada yang tahu, tak ada yang ingin tahu, kecuali keingintahuan merasuki pikirannya. Naas, tangannya tercekat kala pilihan luas mengedar. Berpikir  bahwa hanya lampu-lah, yang dapat membantunya menerangi jalan yang gelap. 

Namun, dia telah salah sangka. Bertahan dengan sebuah lampu untuk menerangi jalan gelapnya bukanlah jalan yang tepat. Karena lampu itu memiliki waktu terbatas, terkadang terlihat angkuh, dan ingkar janji untuk membantu. Janji dari sebuah lampu penuh syarat yang terlihat cerah dipandang mata. 

Berhenti terlihat menjadi satu-satunya jalan. Tapi dia juga salah, berhenti bukanlah pilihan, sehingga maju terlihat menjadi satu-satunya jalan yang terlihat dapat dipilih. Gadis itu bisa saja membuka jalannya sendiri. Namun keberanian dan rasa takut terus menghantuinya. Terjebak ke dalam lubang karena telah terjatuh berkali-kali. Tak terhitung pula berapa kali dia bangkit. Semuanya saling bertabrakan dan berimpit.

Sampai warna-warna cat pun tumpah berceceran masuk ke dalam lubang yang gelap gulita bagaikan sihir. Mulai menghiasi matanya yang telah suram dengan warna-warna baru. Cerah, berkilau, bersinar, layaknya kristal.

Jalan gelap nan suram itu pun akhirnya memiliki cahayanya sendiri. Walau kecil, walau masih berkembang, walau masih berusaha menemukan jalannya, gelap itu kian terisi dengan warna terang, menerangi gelap yang telah dihianati lampu. Gadis itu menjadikan dirinya sebagai penerang, sebagai jalan, sebagai tujuan. Dengan ditemani warna-warni cat tumpah berceceran yang bersedia menjadi temannya.

-Imajinasi-

Hai! Kalian bisa memanggilku Vysolela. Ayo kenalan-eh, tunggu, cara kenalan bagaimana ya..? Tapi sudahlah.. Nanti malah mumet. Hehehe..