Pertemuannya dengan Ten bisa dibilang sangat aneh. Siang itu ia pergi untuk beberapa tembakau di swalayan tak jauh dari tempat tinggalnya, saat ia sampai di sebuah gang, Yuta mendapati seorang pemuda yang lebih pendek darinya tengah menodong belati di arah pinggangnya, tepatnya di ginjal kirinya.
"Aku butuh uang." Desisnya mengancam, Yuta diam.
"Serahkan uangmu." Ia punya aksen inggris yang lumayan, namun Yuta tak sedang terkagum untuk itu. Yang membuatnya kagum adalah, bagaimana ia bisa mengancam orang lain dengan suara bergetar ketakutan seperti itu? menggelikan.
"Aku tidak bawa uang." Jawab Yuta enteng, ia menoleh dan menemukan pandangan yang membuatnya tidak lagi ingin terbahak. Mata yang penuh kemurnian, Yuta memujanya.
"Berikan padaku uangmu, keparat." Ia tak merasa sakit, sekalipun dikatai hina dan pinggang kirinya koyak karna pisau stenlis itu berhasil menembus jaket kulitnya. Yuta mencengkram lengan pemuda itu kemudian membuang pisau yang ujungnya dibubuhi darah, menghempaskannya sampai pisau itu lepas. Kemudian menarik pergi si pemuda kecil yang sampai saat ini menjadi satu-satunya kawan berbagi bagi Yuta, ialah Ten.