"Nanti kalau memang sudah waktunya, bantu aku tabur ke laut ya, Fa?"
Gadis yang sedari tadi menatap hamparan air yang terbentang luas dihadapannya seketika menolehkan kepala dengan raut wajah tidak mengerti.
"Huh? Abu apa?"
"Abu milikku, tentu saja."
Gadis itu membelalakan matanya dengan sempurna, membuat seseorang yang sedari tadi mengajaknya berbicara tertawa dengan sangat lepas, seolah tanpa memiliki beban sedikit pun. Dengan suara yang bergetar, gadis itu kembali bertanya,
"A... apa... maksudmu?"
"Jika memang sudah waktunya untukku pergi, bantu aku menabur abuku dilaut ini ya?" ia memberikan jawaban berupa permintaan tulus kepada gadis yang sudah sepenuhnya menatap dirinya. Tatapannya yang teduh dan suaranya yang tenang tidak berhasil membawa kedamaian dihati gadis yang berada didepannya. Mata yang mulai berkaca-kaca dengan hembusan nafas yang mulai berat, alih-alih mengeluarkannya, gadis itu memilih untuk menyembunyikannya dan memunculkan amarah sebagai tanda ketidaktenangannya.
"Jangan bercanda! Kamu masih akan bertahan lebih lama. Cukup! Aku tidak ingin mendengarnya."
"Baiklah. Tapi jangan salahkan aku tidak memberitahumu jika memang sudah waktunya."
"Louis!"
Louis tersenyum, ia lalu menarik gadis didepannya dalam sekali tarikan untuk mendekapnya dengan hangat. Ia tidak ingin membebani pikiran gadis yang sudah mengisi hati dan juga hari-harinya, tetapi ia tetap harus menyampaikannya dan ia yakin gadis ini pasti mendengarkan meskipun ia menyangkalnya. Sekarang, Louis hanya ingin merasakan hangat tubuh dalam dekapannya untuk menghalau kegelisahan yang menguar bersama dinginnya hembusan angin laut diatas kapal yang sedang membawa mereka berlayar.
===
Hi, it's me.
Mohon maaf untuk Better Half aku sedang mengalami beberapa kendala dan juga kesibukan di semester baru. Terimakasih untuk pembaca yang sudah membaca dan bersedia menunggu.
Diatas hanyalah ide acak, tidak tahu apakah akan berlanjut atau tidak. Semoga kalian suka.
Regards,
YamaMiko