YunendraIcha

Perbincangan #4
          	
          	Tuan Kusut : “Ah..., aku sungguh ingin mengekangmu dalam hangat kataku saat yang bisa kulihat hanyalah dinginmu yang beku.”
          	
          	Nona Kusut : “Pergilah, tidak ada yang menginginkan itu. Aku sendiri begitu mengutuk orang yang pandai berkata merdu. Mereka hanya sibuk meracik racun, meramu dusta, lalu menjual sendiri kata-katanya.”

YunendraIcha

Perbincangan #4
          
          Tuan Kusut : “Ah..., aku sungguh ingin mengekangmu dalam hangat kataku saat yang bisa kulihat hanyalah dinginmu yang beku.”
          
          Nona Kusut : “Pergilah, tidak ada yang menginginkan itu. Aku sendiri begitu mengutuk orang yang pandai berkata merdu. Mereka hanya sibuk meracik racun, meramu dusta, lalu menjual sendiri kata-katanya.”

YunendraIcha

Jika hujan-hujan dan jatuh lebam itu di baliknya menghadiahkan sesuatu yang baik pula bijak. Boleh aku minta tambahan bahagia sebagai bayaran untuk hancur dan sesaknya?                          
          Maka sebab itu,
          Yang terhormat Angin
          
          Berbaik hatilah. Aku tahu kau begitu cepat dalam menyampaikan pesan dan bisikan. Ikut sertakan juga ia saat kau bawakan puncak perayaan senang pula haru untuk doa-doa yang memelukku dari rusak dan tak cukup, untuk harap-harap yang menjagaku dari gundah dan tak luas, pun untuk semoga-semoga yang melindungiku dari lemah dan tak gagah dengan begitu megah. 

YunendraIcha

Perbincangan #3
          
          Nona Lusuh: “Kamu carinya yang kayak gimana sih?! Semua ga digubris tapi bilangnya pengen punya orang yang bisa dijadiin rumah,”
          Tuan Kusut : “hemmm, kalau kamu sendiri pengennya jadi kayak gimana? Udah aku ngikut kamu aja sih”
          Nona Lusuh: “Jangan aku, rumahku udah penuh."
          Tuan Kusut: “Kalau hati? Ga mungkin penuh jugakan?”
          Nona Lusuh: “Yang itu udah terlanjur habis buat orang lama.”

YunendraIcha

Perbincangan #2 
          Lusuh: "Terima kasih sanjungannya. Sebab aku tak sepecundang Kau, yang terlalu tergesa soal apa-apa.”
          
          Kusut: "Buntu pikiranmu? Sedangkan Kau, jalanmu terlalu kura-kura. Kau berharap untuk senang yang mana?"
          
          Lusuh: "Sekali lagi, tidak lambat. Aku tidak merintih. Aku hanya berusaha tanpa tergesa. Takut jika malah tak tergapai apa-apa."

YunendraIcha

@ justssshhhh  kak :), makasih 
الرد

justssshhhh_

@ YunendraIcha sukaa ❤️ 
الرد