pov
"Isteri?" Mendengar pertanyaan itu daripadanya, langkah aku hentikan.
"Jadi kau dah kahwin? Asal awal sangat bro? Ke dah terlanjur?"
Mendengar itu, aku melihatnya dan memberikan sebuah senyuman manis kepadanya. Namun bagiku, itu bukanlah senyuman melainkan emosi yang aku tutup rapat.
"Kau tahu selain belati, apa yang lebih tajam?" Soalku kepadanya tenang.
"Mulut seorang yang tak reti menjaga ucapannya. Ibaratnya kau tusuk paku di sebuah kayu, dan kau cabut kembali, tapi bekasnya masih ada. Kau tidak tahu sesakit apa bekas paku yang kau tusuk tadi."
"That's the same things, be careful with your words because you don't know how many times it repeats in someone head." Sambung ku lagi.
"At least my wife knows how protect her own dignity.." Ucapanku berhenti seketika meniliknya dari atas kebawah sebelum menyambung kembali bait bicara ku.
"Compared to you." Seusai itu, kaki terus aku bawa beredar dari situ.