EXCUSE ME, YUK MAMPIR!
Sepasang remaja itu kini melangkah keluar lobi rumah sakit, jam menunjukkan pukul 00:13.
Damian berkali-kali mendapat penolakan atas bantuannya, "kan udah gue bilang, gue bisa sendiri!" Dea kembali melangkah dengan pincang.
Lututnya robek, hingga memperlihatkan dagingnya. Tapi bagi Dea itu bukan apa-apa, bahkan kulitnya di jahit pun Dea tidak merasakan apa-apa. Membuat Damian dan dokternya heran sendiri.
"Yakin?" Untuk kesekian kali Damian meragukan Dea. Dea menatap Damian nyalang, ia kesal.
"Gue bahkan bisa mencongkel mata Lo Damian!" desis Dea membuat Damian tertawa.
Brengsek ni cowok, keluh batin Dea tidak terima.
Damian melangkah terlebih dahulu, dengan langkah yang cukup lebar. Ia membukakan pintu mobil untuk Dea, Dea yang melihatnya memutar bola matanya malas.
Dea masuk, kemudian duduk. Damian mengitari mobilnya, kemudian masuk. "Sepertinya akan hujan," ujar Damian menatap langit yang hitam, tanpa ada cahaya bintang.
Dea menegang, "gak akan."
Damian menatap Dea aneh. Heran akan maksud perkataan Dea.
Angin malam yang dingin, ditambah dampak akan hujan membuat Dea dan Damian kedinginan. Dea mengusap kedua pundaknya, ia melirik Damian yang terlihat meraih sesuatu dibelakang.
"Pakai." Damian menyerahkan sebuah jaket hitam dengan aroma parfum Woody menguar kedalam hidung Dea. Dea meraihnya.
"Thanks." Damian mengangguk seraya tersenyum tipis.
Langit bergemuruh, perlahan air menetesi bumi dengan berirama. Dea menutupi kupingnya. Ingatan itu telah kembali.
〜(꒪꒳꒪)〜 Penasaran gaaak? Yuk langsung klik ☞ ̄ᴥ ̄☞
https://www.wattpad.com/story/251846710?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=story_info&wp_page=story_details_button&wp_uname=jhyshellia&wp_originator=jtJ7OLi%2B4QsbS0aJ7GVq0m5qrsORul%2BYO0Yzyv02PoE9VLcAKGpeqhGVnWMhLpgmBTRVbOOOyAAO3h2v6MdGcEwYLushlzr4LK%2BRY3pnfT533xctHtlIq83WcBU5oqV6