aksaralisa13

Saya menerbitkan cerita original baru. Bersetting Jepang era pasca Restorasi Meiji dan Victoria. Keterangan lain-lain bisa dicek langsung di: 
          	
          	https://my.w.tt/PUFI0vqIFY

arianadezhu

The laaaast.
          
          Soal pengetikan.
          
          Rapi dan sedikit typo. Tapi di chapter satu, paragraf kedua, kayak ada kalimat yang engga padu. Di bagian ini.
          
          “Kembali kulipat surat itu, lantas ditaruh di atas tumpukan buku-buku.”
          
          Menurut jb, lebih enak dibaca kalo ditulis:
          “Kembali kulipat surat itu, lantas kutaruh di atas tumpukan buku-buku.”
          
          Ini dalam pandangan jb sih. Engga tahu yang lebih bener gimana. Jb engga ngecek dengan detail gimana yang lain. Kalo soal typo, memang masih ada, tapi sedikit dan jb lupa ada di mana aja typonya, hehe// gegara keasikan baca, jadi typo seketika terlupakan.
          
          Last, terima kasih sudah nulis cerita orifiksi secantik ini. Jujur aja, jb lebih suka cerita orifik ken ketimbang fanfiksi (soal karakter dan konflik karena itu bener-bener ken ciptain sendiri) dan jb lebih suka diksi ken pas nulis cerita ini, begitu dalam, engga kaku, dan udah mirip kayak cerita jepang terjemahan. Adakah ken memang berencana menulis novel dengan latar jepang? Jb akan sangat bahagia kalo ken pernah berpikir akan menulis cerita semacam ini lagi.
          
          Semoga ken selalu diberi kesehatan dan waktu buat nulis.
          
          Semangat!
          
          Fullove,
          
          JB
           #note: maaf jadi review nyempil di sini dan keputus putus :") 

arianadezhu

Dan tentang Moriiiiii
          
          Pertama kali Mori muncul jb langsung suka sama OC ini dan karakternya begitu menonjol jika dibandingkan dengan Theo (menurut jb, ya). Dia cerewet tapi polos, begitu kira-kira. Dan itulah yang membuat jb jadi sayang sama Morihime :”) thanks banget udah munculin dia di cerita ini.
          
          Yang engga pernah jb sangka lagi, ternyata ada adegan seks nya (meskipun sedikit). Semula jb mengira karena ini rate T, jadi ya aman-aman saja (hei, tapi ini bukan berarti jb engga suka lemon ya). Tapi meskipun ada adegan seks, ken bisa ngebuat adegan itu dengan soft banget, engga ngejelasin giman-gimanya, tapi ya itu tadi, bisa membuat pembaca seperti jb emosional. Dan adegan seks tersebut engga dimunculin hanya demi pemanis, tapi justru dari adegan itulah konflik di dalam cerita menjadi berkembang. Toshi menjadi berubah dan sering memikirkan Theo. Meskipun jb juga jadi kasihan sama Mori, karena mereka menikah bukan karena saling mencintai. Cuman Mori yang mencintai Toshi dan Toshi engga.  Jb engga bisa bayangin gimana perasaan Mori seandainya dia tahu kalo Toshi pernah punya gundik. Apa dia akan tetep mencintai Toshi atau menjadi perempuan yang tidak pedulian atau bahkan membenci Toshi? (well, maafkan imajinasi jb yang suka kelayapan). Tapi begitulah, fokusnya kan memang tentang Toshi sama Theo, bukan sama Mori. Kalo keinget endingnya, jb menghela napas. Kenapa jadi sad ending begini, ya ampuuuun. Karena ken nulisnya emosional, kesedihan Toshi, jb jadi bisa ikut ngerasain dan rasanya memang sedih banget/ #peluktoshi
          
          

arianadezhu

Next lagi.
          
          Tentang genreeee.
          
          Jb selalu suka genre historical ditambahi bumbu romance (dan ini slash campur straight pula). Dan menambah wawasan jb tentang sejarah jepang. Well, karena jb nyemplung di fandom kpop, jadi seringnya historical yang jb buat tentang Korea, tapi kalo soal restorasi Meiji, jb lumayan paham berkat pernah nyemplung sejenak di fandom tkrb (dan kita dulu pernah kolaban, kan? Jb baru inget, haha) plus di pelajaran sejarah dulu jb juga pernah belajar.
          Tentang karakter. Sudah jb bilang, jb udah jatuh cinta sama Toshi n Theo. Tapi setelah baca cerita ken ini, jb lebih suka sama Morihime! Hehe. Di luar dugaan sih. Jb memang bukan pembaca yang menjadikan tokoh utama sebagai tokoh favorit. Jb suka penggambaran karakter Toshi yang natural banget, kayak nyata, engga dibuat-buat, seperti tokoh lelaki biasa yang punya konflik real di kehidupan sesungguhnya. Terus tentang Theo, meskipun dia menjadi tokoh kedua yang paling banyak dimunculkan di dalam cerita, jb kurang bisa mendalami karakter Theo (atau ini cuman otak jb aja ya yang lemot? Hehe). Semua karakter punya keterlibatan yang pas, sehingga pas dimunculin engga cuman sebagai tambahan yang percuma. Semua punya  peran yang membuat konfliknya terus berjalan maju, seperti Ayah, Kazu, sama Hiroki. Sama Sensei juga. Jb suka cara ken munculin karakter sensei.
          

arianadezhu

Next.
          
          Masuk ke dalam cerita.
          
          Pas waktu baca chapter 1, jb merasa ada sesuatu yang familiar sama gaya tulisan ken. Memang berbeda dari gaya menulis ken yang biasanya nyastra banget dan sering bikin jb harus baca berulang supaya paham. Tapi buat cerita ini, jb langsung paham sekali baca dan jb suka banget karena ceritanya mengalir dan emosional buat diikutin (mungkin karena pake pov 1 kali ya, entahlah). Jb merasa kayak udah pernah baca gaya menulis yang begini. Tapi jb scroll aja terus sambil baca dan mendalami ceritanya. Dan ternyata di ending notes, ken memang nulis dengan gaya yang berbeda dan pantas saja jb seperti sudah akrab dengan gaya menulis yang seperti itu. Jb juga sering baca novel terjemahan jepang jadi, yah, mungkin itu yang membuat jb merasa familiar.
          
          Soal konflik ceritanya.
          
           Sebenarnya engga ada banyak konflik fisik. Dari keseluruhan cerita, fokus utamanya tentang konflik batin Toshio (sesuai dengan summary, sesudah dan sebelum berjumpa dengan Theo). Konfliknya sederhana, dan mungkin endingnya terkesan menggantung, tapi jb suka gaya menulis ken yang emosional banget, jb mudah mengikuti pergolakan perasaan Toshi, asik banget buat diikutin dan tidak membosankan. Jb rada kaget waktu masuk ke bagian ayah Toshi yang ternyata juga punya gundik. Jadi mikir, ini apa keturunan atau gimana, ehe (abaikan). Endingnya sedikit membuat jb terkejut. Kenapa si Theo tiba-tiba begini? Jb rasanya pengen protes, tapi yah, sebagai pembaca jb ngikut penulisnya aja, hehe. Dan ternyata, sesudah baca sampai tuntas (dan jb ulang-ulang lagi bacanya//maafkan jb yang sudah kecanduan ceritamu, ken), ending seperti itu adalah ending terbaik. Dengan begitu, Toshi bisa menjalani kehidupan dengan normal (di luar) meskipun di dalam masih ada, apa yah, rasa kangen atau sedih atau apalah. Pusing sendiri jb mau mendeskripsikan gimana xD

arianadezhu

Halo, keeeen. Ini jb (datang lagi// manggilnya engga pake “kak”, soalnya jb pikir usia kita engga beda jauh dan biar tambah akrab :”)
          
          Sebelumnya jb sudah pernah berjanji sama diri jb buat mereview karya cantikmu ini kalau sudah selesai baca. Dan inilah realisasinya. Jb memang membacanya satu hari satu chapter supaya setiap hari ada asyupan, hehe. Maaf juga kalau reviewannya super telat.
          
          Jb bukan orang yang pintar mereview, bahkan jarang mereview kecuali ada cerita yang bener-bener menggugah hati jb dan inilah salah satunya.
          Jujur aja, waktu ken pertama kali post di fb, Jb langsung terbang(?) menuju link ao3. Soalnya jb sudah lumayan akrab sama karakternya. Tosh sama Theo, ken udah sering bikin postingan tentang dua OC itu dan jb jatuh cinta. Jadi jb seneng banget karena ken nulis cerita orifik lagi.