Baca ceritaku yuk.
Aerilyn Queena membenci takdir. Sangat menentang semesta karena kenyataan yang menamparnya telak. Gadis pemain gas itu membenci semua yang berhubungan dengan keluarganya. Menurutnya, semua yang dilakukan oleh keluarganya adalah dosa besar yang tidak termaafkan. Selain bermain panahan, balapan liar menjadi pelarian Aeri agar melupakan semuanya sejenak.
Ginanjar Bagaskara tidak mempunyai pengalaman berpacaran. Apa lagi mendekati cewek yang sulit ditebak seperti Aeri. Rasanya Ginan bisa menjadi gila jika terus-terusan mendekati Aeri, tapi gadis itu sudah menjadi candunya sejak pertama kali ia melihatnya. Dimulai dari rasa penasaran hingga membuat jantungnya sudah tidak berdetak secara normal jika didekat Aeri.
"Gue udah bilang kemarin," Aeri berujar dengan pelan dan rendah. "Gue nggak mau dan gue nggak kenal sama sekali sama lo." Ia memundurkan sedikit kepalanya lalu memberikan kecupan singkat di pipi Ginan sebelum beranjak pergi.
"Ah," Aeri berbalik. "Hadapin orang gila kayak lo, gue juga harus sama gilanya."
Ginan semakin kaget saja karena perlakuan Aeri yang tak habis pikir itu. Tapi tak lama ia terkekeh sambil memegang pipi yang Aeri kecup. Ia memandang punggung Aeri yang sudah menjauh.
"Oke, ayo kita main gila-gilaan."
https://www.wattpad.com/story/154830426
