almahyrazelle22

​“Apology accepted?” tanyaku getir, membiarkan nada sindiran itu menusuk. “Luar biasa, Kevin. Kamu pikir kamu bisa datang ke sini, mengeluarkan kata sakral itu, dan poof—semua trauma auto-healing? Kamu ini chef kan? Apa kamu pikir kata maaf ini kayak bumbu penyedap yang bisa memperbaiki masakan yang udah basi?”
          	
          	​Kevin mengernyit. Aku berhasil. Ketenangannya mulai retak.
          	
          	​“Winda, aku serius,” katanya, mencoba meraih tanganku, tapi aku cepat menariknya menjauh.
          	
          	​“Aku tahu kamu serius,” potongku cepat. “Aku tahu kamu serius karena kamu udah terpojok. Kamu takut aku bongkar semua di depan mereka. Aku udah tahu game-nya, Kevin. Sekarang, cukup dengan basa-basi masa lalu.”
          	https://www.wattpad.com/story/373237247

almahyrazelle22

​“Apology accepted?” tanyaku getir, membiarkan nada sindiran itu menusuk. “Luar biasa, Kevin. Kamu pikir kamu bisa datang ke sini, mengeluarkan kata sakral itu, dan poof—semua trauma auto-healing? Kamu ini chef kan? Apa kamu pikir kata maaf ini kayak bumbu penyedap yang bisa memperbaiki masakan yang udah basi?”
          
          ​Kevin mengernyit. Aku berhasil. Ketenangannya mulai retak.
          
          ​“Winda, aku serius,” katanya, mencoba meraih tanganku, tapi aku cepat menariknya menjauh.
          
          ​“Aku tahu kamu serius,” potongku cepat. “Aku tahu kamu serius karena kamu udah terpojok. Kamu takut aku bongkar semua di depan mereka. Aku udah tahu game-nya, Kevin. Sekarang, cukup dengan basa-basi masa lalu.”
          https://www.wattpad.com/story/373237247

almahyrazelle22

“Aku nggak mau bahas masa lalu, Kevin.” Suaraku terdengar tegas. “Sepuluh tahun. Kalau aku masih menyimpan luka itu, aku nggak akan bisa sampai sejauh ini. Jadi tolong, jangan bawa itu lagi. Sekarang yang lebih penting … kita akhiri semua ini.”
          
          Aku bisa melihat kerutan tipis di keningnya, tapi dia tetap diam. Dan aku melanjutkan.
          
          “Perjodohan ini salah. Aku nggak pernah setuju, dan aku yakin kamu pun sama. Jadi percuma kalau kita pura-pura. Kamu bisa bilang ke Tante Bianca dan ibuku, biar mereka berhenti memaksa. Katakan kalau ini nggak akan berhasil. Karena memang nggak akan pernah berhasil.”
          https://www.wattpad.com/story/373237247

almahyrazelle22

Belum sempat suasana kembali tenang, langkah baru terdengar jelas di antara denting peralatan makan dan suara lirih pengunjung restoran. Terdengar biasa—tenang, sopan, tidak terburu-buru. Tapi detik itu juga, tubuhku menegang, menyadari jika pria yang akan dikenalkan padaku telah datang. 
          
          Aku menoleh—memastikan. Namun, detik itu juga tatapanku langsung terperangkap di sana. Jantungku berdetak lebih cepat, dan dunia seperti berhenti berputar. 
          
          Sekelilingku mendadak sunyi, diam tak bergerak. Hanya ada aku, yang masih membeku menatap pria itu—yang juga balik menatapku dalam diamnya. 
          
          Pria itu, aku tidak mungkin salah. Dia, Kevin Arviano Wisesa. 
          
          https://www.wattpad.com/story/373237247

almahyrazelle22

“Ibu ini kamu kira bodoh?” lanjutnya. “Apa kamu pikir Ibu nggak ngerti? Maksudmu nyuruh Mas Reghi bujuk Ibu, itu apa? Supaya kamu bisa lari dari tanggung jawab? Besok kamu akan bertemu laki-laki dari keluarga yang bukan main. Tapi kamu malah sibuk menyusun alasan.”
          
          “Ibu ... aku cuma—”
          
          “Kamu cuma mikirin dirimu sendiri!” suaranya mulai meninggi. “Cuma sibuk ngurus anak orang, yang bahkan bukan siapa-siapa kamu!”
          https://www.wattpad.com/story/373237247

almahyrazelle22

“Oh ....” Dia menatapku lama. “Aku pikir kalian menikah.”
          
          Kalimat itu menyengat, tapi aku mencoba tetap tenang.
          
          “Tapi ... cukup dekat,” lanjut Rachel, seolah tak ingin diam. Aku tidak menjawab.
          
          “Kalau begitu, senang bisa bertemu lagi,” katanya sebelum akhirnya keluar ruangan.
          
          Pintu tertutup. Hening.
          
          Aku menarik napas dalam-dalam. Bahuku terasa berat. Dunia masa lalu dan masa kini seolah bertabrakan hari ini. Namun, aku tidak bisa goyah. Kava harus jadi fokusku. Bukan Rachel, bukan rasa takutku. Hanya Kava.
          
          Firhan masih diam di sampingku, dan akhirnya berkata pelan, “Kamu nggak apa-apa?”
          
          Aku tersenyum kaku. “Masih utuh.”
          https://www.wattpad.com/story/373237247