Entah kamu ingin sebut saya itu begini atau begitu yang apiknya selalu sukses membawa diri ini kembali dalam kegelapan, itu memang benar.
Saya semenyedihkan itu tak ayal juga saya membenci diri ini, teramat. Tak luput juga dengan suara-suara kusang yang berkeliaran di dalam kepala saya, yang entah juga saya tak tau mau nya apa, diri ini mau dibuat seperti apa. Hebat sekali. Senang sekali membuat diri ini terurai.
Apa saya bisa hidup terus-terusan seperti ini? Kacau, tunggang langgang tak tentu arah. Angin juga berkeliaran tak tentu arah, membawa jiwa nya yang ringan sekali pun juga membuat insan bahagia jika terkena afeksinya, sejuk, kata manusia. Ah, begitu ya, sayangnya jiwa ini terlalu banyak bobotnya, berkilo-kilo pun juga afeksi ini tak membuat banyak insan mendesah lega.
Saya pernah lihat, katanya hidup ini seperti ujian di sekolah, anggap saja begitu, dan kita tidak belajar sama sekali saat kita dilahirkan ke dunia. Dulu kenapa tidak ada yang menuntun saya ya? Saya yakin pasti diri ini tidak akan sehancur lebur sekarang, sampai mengais-ngais udara untuk melanjutkan ujian.
Tidak apa, ini hanya sisi diri lain saya saja yang muncul, tidak tahu, mungkin ada lima atau sepuluh lagi yang masih sembunyi, mungkin malu-malu atau mungkin sedang berencana tentang kedatangannya mau membuat diri saya terkejut seperti apa.
Berpasrah diri, karena nyatanya saya sedang mempermainkan diri saya sendiri.
Saya takut, ada sesuatu yang salah dengan diri saya. Ada sesuatu yang tidak beres terlihat dengan acap rasa diri saya yang selalu berubah tak tentu.
But, i am here.