aidenzhouu

Lagi stres-stresnya jadi mahasiswa tingkat akhir, Mika tiba-tiba harus rebutan judul skripsi sama junior yang nyebelin! Untung aja cowok brilian dari masa lalunya dateng buat bantuin.
          
          Ketika benih-benih cinta tumbuh, siapa yang akan Mika pilih? Si junior nyebelin atau cowok dari masa lalunya?
          Lalu, apakah kehadiran keduanya bisa mempermudah Mika lulus kuliah, atau justru sebaliknya?
          
          KAPAN LULUS
          - Campus life + romance yang manis
          - Cowok super green flag
          - Trope academic rivals to lovers
          - Ringan, happy ending
          
          Kalau kamu suka cerita kayak di atas, coba mampir ke cerita ini. Gak perlu nunggu update, karena cerita udah tamat, bisa langsung marathon baca!
          
          https://www.wattpad.com/story/303185305-kapan-lulus-completed
          
          Thank u so much, have a nice day and stay healthy! ^^

Dizzysya

Assalamu'alaikum. Mampir ke ceritaku, yuk! Siapa tau suka.
          
          
           Judul Cerita : Dilla
          Nama akun wattpad : Dizzysya
          Link : https://my.w.tt/yENPHbACOL
          Deskripsi Cerita : 
          
          "Assalamu'alaikum warohmatullahi wabarokaatuh," ucapku dan segera dijawab kompak oleh semua manusia di dalam ruangan ini. "Nama saya Faradilla Asyifa Zahra, asal sekolah SMP Negeri 159 Medan. Saya tinggal di jalan Batu Putih dan bercita-cita sebagai Designer. Salam kenal semua."
          
          "Wow! Penerusnya Ivan Gunawan yak," celetuk kak Fauzi yang berhasil membuat seisi kelas tertawa ke arahku. Menyebalkan, ingin kutelan hidup-hidup orang itu.
          
          Kulihat kak Fauzi mengangkat kedua jarinya membentuk huruf V yang segera kususul dengan mengangkat tanganku membentuk kepalan tinjuan. Dia terkekeh pelan melihat sikapku, tidak kuhiraukan dan segera duduk dan mengalihkan pandangan ini ke arah luar jendela. 
          
          "Kesan pertama yang menyebalkan," gumamku.
          
          
          *****
          
          
          "To the point aja, lu ngajak gue kenalan?" tanyanya. 
          
          "Kak, aku cuman ngerjain tugas sebagai peserta MOS. Itu doang, jadi please kerja samanya, Kak."
          
          "Nama gue Orlando Xavi. Lu bisa manggil gue Ando. Tanda tangan gue emang bentuknya kayak samurai. Jadi gak usah banyak protes," ujar Ando sembari menatapku, "Assalamu'alaikum warohmatullahi, wabarokaatuh."
          
          "Waalaikumsalam warohmatullahi wabarokatuh."
          
          Cih! Setelah memperkenalkan namanya yang sok kebule-bulean itu, ia beranjak dari duduknya dan pergi meninggalkanku. Oke, bisa diakui tampangnya memang seperti campuran Indo dan luar, entah negara mana. Hidungnya yang mubazir mancung dan bola mata yang berwarna biru itu sudah terbaca kalau dia bukan hanya berdarah Indonesia. 
          
          "Padahal gue gak minta kenalan. Dasar kepedean!" cibirku pelan.
          
          
          
          _______
          
          

SWL2323

Hai boleh minta tolong mampir dan baca ceritaku. ❤️ Sejauh ini udah banyak yang suka. 
          
          "Aku cinta kamu. Gak peduli seberapa keras aku berusaha untuk berhenti mencintai kamu, gak peduli seberapa sering aku menghapusmu dalam ingatanku. Semua yang aku lakuin sama sekali gak berguna karena bayangmu selalu melekat di pikiranku."
          https://my.w.tt/UiNb/jGU1DgExwI 
          
          Dalem banget kan? Yuk mampir langsung aja dan baca cerita yang bakal bikin kalian baper. Tolong tinggalin jejak ya berupa vote dan komen

kjokkenmodinger

Halo. Izin promosi ya. Kalau ada waktu senggang dan suka genre fantasy-paranormal-romance, silakan berkunjung ke sini. Mucho gracias!
          
          ***
          
          “It's just..." Ara sedikit kehilangan kata.
          
          "It just feels so good to be relax for a bit. Ya, kan?" Ultsi mencoba melengkapi.
          
          Ara mengangguk pelan. Mengulum senyum. "Senang rasanya menemukan seseorang yang bisa diandalkan. Yang mau menyamai langkahmu. Yang peduli pada kondisimu. Bahkan kepikiran untuk membawakan sedikit beban tasmu. It feels so good to be able to... rest. To ease your mind. To put your guard down—hey, jangan memandangku begitu!”
          
          "Kau tahu Bat-Üül baru saja menyuruhku apa? Aku diminta menyampaikan ini kepadamu secara pribadi: Tüüniig büü khairla.”
          
          Ara mengernyit. Frasa itu ditangkapnya sebagai bahasa lokal. Dan gadis di hadapannya sangat tahu bahwa Ara tidak mengerti bahasa lokal. 
          
          Ditatap demikian, Ultsi memalingkan wajahnya. Menghela napas yang tersumpal oleh rasa khawatir, kasihan, sekaligus tak berdaya.
          
          “Do not fall for him.”
          
          https://my.w.tt/UiNb/dgZHL8Cl5I