aradeahadinata

Sketsa 2
          	
          	Aradea memutar sekrup peregang senar gitarnya perlahan, mencoba memetik nada yang pas sebelum kembali menatap Faza di beranda seberang kamarnya. Lelaki itu tersenyum dengan dengus kecil selagi membetulkan posisi duduk. "Udah makan?" tanyanya klise.
          	
          	"Udah. Di sekolah, pas istirahat sore." Faza memeluk lutut sembari memainkan daun hedera di dalam pot. Beberapa kali ia mendongak, mengirimkan tatapan ragu pada Aradea sebelum kembali menunduk.
          	
          	Gitar dikesampingkan, Aradea menaruh semua atensinya pada Faza. "Kenapa? Ada apa di sekolah?"
          	
          	Dua pipi yang memerah segera diterjemahkan Aradea sebagai sesuatu yang mendobrak cepat ingatan sang gadis. Memang benar, pasti sesuatu telah terjadi.
          	
          	"—nggak ada apa-apa."
          	
          	Ada rasa cemas yang naik ke permukaan, Aradea mengerutkan dahi. Intuisinya bahwa Faza akan bercerita terpatahkan dengan tegas. "Nggak ada apa-apa atau nggak mau cerita?"
          	
          	Tangan yang memainkan hedera itu bergerak untuk memetik sehelai daun. "Nggak ada apa-apa."
          	
          	Jawaban final gadis itu tak memadamkan keingintahuan Aradea. "Kalau gitu, ngomongnya sambil tatap ke sini. Lihat aku dan bilang kalau emang nggak ada apa-apa." Ada sepercik kecewa dalam intonasi bicara Aradea mendapati respon setengah hati nona di depannya.

aradeahadinata

Sketsa 2
          
          Aradea memutar sekrup peregang senar gitarnya perlahan, mencoba memetik nada yang pas sebelum kembali menatap Faza di beranda seberang kamarnya. Lelaki itu tersenyum dengan dengus kecil selagi membetulkan posisi duduk. "Udah makan?" tanyanya klise.
          
          "Udah. Di sekolah, pas istirahat sore." Faza memeluk lutut sembari memainkan daun hedera di dalam pot. Beberapa kali ia mendongak, mengirimkan tatapan ragu pada Aradea sebelum kembali menunduk.
          
          Gitar dikesampingkan, Aradea menaruh semua atensinya pada Faza. "Kenapa? Ada apa di sekolah?"
          
          Dua pipi yang memerah segera diterjemahkan Aradea sebagai sesuatu yang mendobrak cepat ingatan sang gadis. Memang benar, pasti sesuatu telah terjadi.
          
          "—nggak ada apa-apa."
          
          Ada rasa cemas yang naik ke permukaan, Aradea mengerutkan dahi. Intuisinya bahwa Faza akan bercerita terpatahkan dengan tegas. "Nggak ada apa-apa atau nggak mau cerita?"
          
          Tangan yang memainkan hedera itu bergerak untuk memetik sehelai daun. "Nggak ada apa-apa."
          
          Jawaban final gadis itu tak memadamkan keingintahuan Aradea. "Kalau gitu, ngomongnya sambil tatap ke sini. Lihat aku dan bilang kalau emang nggak ada apa-apa." Ada sepercik kecewa dalam intonasi bicara Aradea mendapati respon setengah hati nona di depannya.

aradeahadinata

Sketsa 1
          
          Aradea tertawa, nyaris menyentuh puncak kepala Faza sebelum urung dan memasukkan tangan ke dalam saku. "Sini, deh, ke camp OSIS aja. Saya masih ada orientasi juklak buat LDKS, tapi lagi istirahat. Eh, atau kamu mau ke kantin? Lapar, nggak?"
          
          Tersenyum kecil, Faza menggeleng. "Aku ikut kamu aja, deh."
          
          Menimbang sekali lagi, Aradea menatap penampilan gadis di depannya sembari menggumam. "Ke loker dulu kayaknya. Ambil jaket. Kalau ketahuan kamu anak sekolah lain, kan, bisa gawat."
          
          "Eh, aduh. Sampai nggak ingat aku masih pakai seragam." Faza tertawa sembari memegangi ujung lengan kemejanya. "Lokernya di mana, Ara? Dekat ruang guru?"
          
          Mendengar kalimat tanya Faza, Aradea ikut tertawa. "Nggak lah, cari mati. Lokernya di ruang ekskul basket. Jaketnya juga jaket basket sebenarnya. Tapi mau gimana lagi? Nggak apa-apa, ya?"
          
          Anggukan kecil menyambut sebelum Aradea meminta Faza mengikutinya. Ruangan yang dialokasikan untuk kegiatan ekstrakurikuler berada di gedung terpisah, tepat di sayap kanan sekolah. Seraya melangkah, Faza merotasikan tatapannya, merekam semua pemandangan sekolah yang Aradea lihat setiap hari.
          
          "Aku mau ke ruang kelas kamu, dong." Faza meminta yang kontan saja membuat Aradea menghentikan langkah.
          
          "Eh, kenapa?"
          
          "Ingin aja. Boleh, nggak?"
          
          Aradea menggaruk pipinya. "Bukannya nggak boleh, sih. Emangnya apa yang menarik dari ruang kelas?"
          
          Gumaman kecil menyahut. "Ingin tahu aja kamu duduk di mana, terus pemandangan yang kamu lihat dari jendela kelas, organigram kelas kamu, jadwal piket..." Faza menjawab sembari menatap gedung tinggi di depannya. "Boleh, ya?"
          
          Aradea tersenyum. "Hari ini kita pura-pura satu sekolah, ya. Sampai nanti sore, sampai kita pulang. Saya tunjukin semuanya."

-UchihaRa

Ohayou~ Aku suka banget lho sama cerita yang judulnya Oh!My Brother, kira kira kapan di up yaa?? Hehe 

aradeahadinata

Pagiii, @-UchihaRa 
            
            Aku kaget pas buka email ada notifikasi "Komentar baru di profil anda—". Kukira ada yang promote cerita gitu, ternyata nanyain ff-ku yang terbengkalai 8 bulan lamanya. Terharu banget rasanya :') Masih ada yang ingat sama cerita ringan ala kadarnya begitu ternyata :')
            
            Lanjutannya masih di kepala, plot udah banyaaak. Scene manis-manisan juga udah diatur, tapi waktu nulisnya yang nggak adaaa :( Maaf, ya. Risa Jung memang ratunya PHP sejagat :( Aku usahakan up dalam waktu dekat, walau nggak bisa janji kapan tepatnya, tapi aku usahain, koook
            
            Makasih udah mau nunggu, makasih juga udah kirim komentar ke profilku. Bahagianya jadi penulis yang dinotis ^^
            
            XOXO
            Salam ganteng dari Tooru ❤
Reply

aradeahadinata

I don't know how wattpad works, but somehow I lost "If" all of a sudden :( Was it kind of flag like YouTube perhaps? Or someone reported it? Or was it bug? How do I get "If" back? Do I have to change my password? :( It's so sad and frustrating.
          
          Well, uuh... It wasn't the matter of how much votes and reads "If" could reach till I lost it this morning (and firstly, I am thankful "If" could be accepted in this orange world beyond my expectation). And what I regretted the most was I lost the recent revision of "If" (I kind of like revising on my phone and publishing on my PC —yesh, I was at fault). So... the newest version of "If" wasn't the same as I had on my PC (the saddest truth, I don't really like revising something—whether that's works or skripsi *sshh*). But... I'd try my best to redo it once again.
          
          I'm so sorry for this ranting out of the blue (it isn't right thing to do firstly in the morning, ikr) :( Have a nice day.