Sketsa 1
Aradea tertawa, nyaris menyentuh puncak kepala Faza sebelum urung dan memasukkan tangan ke dalam saku. "Sini, deh, ke camp OSIS aja. Saya masih ada orientasi juklak buat LDKS, tapi lagi istirahat. Eh, atau kamu mau ke kantin? Lapar, nggak?"
Tersenyum kecil, Faza menggeleng. "Aku ikut kamu aja, deh."
Menimbang sekali lagi, Aradea menatap penampilan gadis di depannya sembari menggumam. "Ke loker dulu kayaknya. Ambil jaket. Kalau ketahuan kamu anak sekolah lain, kan, bisa gawat."
"Eh, aduh. Sampai nggak ingat aku masih pakai seragam." Faza tertawa sembari memegangi ujung lengan kemejanya. "Lokernya di mana, Ara? Dekat ruang guru?"
Mendengar kalimat tanya Faza, Aradea ikut tertawa. "Nggak lah, cari mati. Lokernya di ruang ekskul basket. Jaketnya juga jaket basket sebenarnya. Tapi mau gimana lagi? Nggak apa-apa, ya?"
Anggukan kecil menyambut sebelum Aradea meminta Faza mengikutinya. Ruangan yang dialokasikan untuk kegiatan ekstrakurikuler berada di gedung terpisah, tepat di sayap kanan sekolah. Seraya melangkah, Faza merotasikan tatapannya, merekam semua pemandangan sekolah yang Aradea lihat setiap hari.
"Aku mau ke ruang kelas kamu, dong." Faza meminta yang kontan saja membuat Aradea menghentikan langkah.
"Eh, kenapa?"
"Ingin aja. Boleh, nggak?"
Aradea menggaruk pipinya. "Bukannya nggak boleh, sih. Emangnya apa yang menarik dari ruang kelas?"
Gumaman kecil menyahut. "Ingin tahu aja kamu duduk di mana, terus pemandangan yang kamu lihat dari jendela kelas, organigram kelas kamu, jadwal piket..." Faza menjawab sembari menatap gedung tinggi di depannya. "Boleh, ya?"
Aradea tersenyum. "Hari ini kita pura-pura satu sekolah, ya. Sampai nanti sore, sampai kita pulang. Saya tunjukin semuanya."