Saat itu, aku ikut Mama pergi ke salon. Beliau ingin nyemir rambut. Karena kurasa rambutku sudah terlalu panjang, maka kuputuskan untuk memotongnya sedikit saja dan dirapikan. Dengan tanpa ekspetasi apapun, aku berangkat mengikuti kedua orangtuaku. Sesampainya di salon langganan Mama, aku masih tetap positif thinking.
"Mau apain ini?" Tanya si tukang cukur. "Rapikan aja, potong sebahu." Kujawab dengan gerakan tangan yang menunjuk bahu, dengan harapan dia mengerti apa yang aku katakan.
Setelah mengangguk, Ibu itu mulai memotong rambutku. Sebetulnya rambutku itu tipis, tapi karena rambutku keriting dan ngembang maka memberikan efek seperti rambutku banyak dan tebal. Ketika asik memotong rambutku, ibu itu berkata, "kamu ini udah kecil, rambutnya keriting, cantiknya jadi ketutupan rambut." Aku hanya bisa menanggapi dengan senyum. Padahal dalam hatiku sudah mengumpat. Bisa-bisanya dia bilang seperti itu. Rambutku adalah kecintaanku.
"Ini yang belakang disasak ya, biar ga keliatan ngembang nantinya." Aku hanya mengangguk, menerima tawarannya. Namun, aku salah. Seharusnya aku menolak semua apa yang dia katakan. Karena apa yang dia lakukan membuatku makin kesal, dia memotong habis rambutku hingga pendek sekali. Rambutku yang panjangnya beberapa cm di bawah bahu, kini menjadi sejajar dengan telinga. Ibu itu sudah merusak rambutku. Padahal jelas sekali aku mengatakan, "RAPIKAN AJA, DIPOTONG SEBAHU!" Bisa-bisanya dia memotong habis rambutku tanpa ragu. Dia memainkan gunting, gunting sasak, dan mesin cukur dengan tanpa ragu. Sialan!!!