ＮＯＩＲ

Kak Masi on ngga kak

hai kak, apa ga mau open po lagi? :(

GEHDUEVHDV AKHIRNYA KAK NOIR ON LAGI (´∩｡• ᵕ •｡∩`) 

hallo kakak cantik ato ganteng aku nggak tau tapi aku monanya apakah kakak ada awang awang buat bikin book homo nya ateez?? ehehehehe

It's just Fanfiction.
          
          Kalau kamu nggak suka ceritanya, tinggalin. Kalau maso nekad baca berarti emang kamu bodoh aja.
          
          Lebih bodoh lagi apa? Throwing hate to the character and author.
          
          BODOH.

Hasiera : Taeyong mati. Bunga-bunga Ten diangkat dan bikin perasaannya sama Taeyong ikut menghilang. Pelan-pelan, dia belajar mencintai Sicheng. Dan mereka menikah.
          
          Ano Natsu no Owari : Hendery donorin jantungnya ke Xiaojun, biar Xiaojun bisa hidup dan membahagiakan Yangyang, karena Hendery tahu kalau dia nggak bisa bikin Yangyang bahagia dengan cintanya. Jantungnya di dalam tubuh Xiaojun berdetak hanya untuk Yangyang.
          
          
          Apalagi?

Aku unpub beberapa book ya?
          
          Alasanya sama. Udah nggak sanggup lagi ngelanjutinnya.
          
          Mohon maaf.

Waktu nulis (B)ROMANCE aku pernah bilang pengen makan lontong bareng di DU.
          
          Ini bener nggak ada yang mau makan lontong bareng aku? :(

"Ayahmu sudah tidak seperti dulu."
          
          Kepala Mark terangkat untuk menatap sosok Papanya, Jaehyun, yang sedang melajukan mobil di jalanan padat merayap.
          
          "Dia susah untuk diajak berkompromi. Selalu memotong pembicaraan penting di antara kami," keluh Jaehyun. "Padahal, masalah bisa dihadapi sesantai mungkin. Tapi kenapa--"
          
          Hanya tawa kecil yang keluar dari mulut Mark, guna menutupi luka di hati yang perlahan terbuka. Dia bertahun-tahun di rantau orang, tanpa tahu bagaimana keadaan keluarganya.
          
          Ternyata, pasangan yang selalu menjadi panutannya itu tak lagi akur seperti lima tahun lalu. Ayahnya, Jung Doyoung dan Papanya, Jung Jaehyun tak lagi sepemikiran, sehati dan sejalan.
          
          Rasanya menyakitkan.

"Aku tidak memedulikan masalahmu, kau bilang?"
          
          Ada rasa kesal, terdengar dari bagaimana cara Doyoung melontarkan pertanyaannya. Matanya menatap Ten nyalang, menujukkan segala ketidaksukaan pada kalimat yang sebelum itu Ten katakan padanya.
          
          "Jangan pikir karena tubuhmu penuh luka dan aku hanya memakai perban di tanganku maka kau merasakan rasa sakit yang lebih!" bentaknya. "Rasa sakit tetaplah rasa sakit, Ten! Aku tak harus terus-terusan mengabaikan sakitku hanya untuk mengobati sakitmu!"
          
          Hanya itu yang bisa Doyoung lontarkan sebelum memilih untuk pergi keluar ruang latihan dengan air mata yang perlahan mengalir membasahi wajahnya. Dia selalu menunjukkan senyum, bukan berarti dia tidak pernah merasakan lelah.
          
          Tidak semua luka harus digembar-gemborkan, bukan?