delaras_

Silahkan bicara tentang teori-teori kesempurnaan jika Anda memang suka. Tapi saya lebih suka bicara tentang realita. Saya akan mengatakan buruk jika itu memang buruk. Agar Anda bersyukur, karena seburuk-buruknya Anda masih ada yang lebih buruk.

delaras_

Silahkan bicara tentang teori-teori kesempurnaan jika Anda memang suka. Tapi saya lebih suka bicara tentang realita. Saya akan mengatakan buruk jika itu memang buruk. Agar Anda bersyukur, karena seburuk-buruknya Anda masih ada yang lebih buruk.

delaras_

Penumpang biduk nan budiman
          Kamu lihat? Di depan badai menghadang garang
          Tapi tak usah risau, kemarin lusa bahkan kamu berhasil menerjang badai yang lebih besar
          Riak gelombang yang akan menuntunmu pulang
          Desir angin pantai menyambutmu datang
          
          --Laras, anak SMA di puncak mercusuar.

delaras_

Maaf tanpa "Maaf"
          
          Apa gunanya jika permintaan maaf hanya menjadi sebuah ritual wajib setelah berbuat salah?
          Apa yang istimewa dari permintaan maaf yang hanya menjadi selingan diantara kesalahan dan kesalahan?
          Apa yang Anda harapkan setelah maaf? Maaf lagi? Lalu maaf?
          Oke, kali ini saya minta maaf untuk segala pertanyaan retoris di atas.
          
          Bukan menyalahkan, hanya pengalaman saya saja.
          Bahwa tidak ada yang membanggakan dari memberi maaf.
          Bahwa tak ada yang sepenuhnya berubah setelah maaf.
          Bahwa tidak semua maaf diikuti penyesalan.
          Bahwa setiap maaf adalah bibit untuk kesalahan berikutnya.
          Bahwa saya diam, bukan berarti saya innocent.
          Saya belajar dari pengalaman,
          bahwa maaf bukan penyelesaian.
          Dan ini cara saya minta maaf.
          
          -Laras, musim hujan 2017.

delaras_

Hujan memang selalu seperti ini
          Menggodaku untuk membaca larik-larik sajak sendu tentang hati yang patah
          Yang -hampir- setiap hurufnya mengingatkanku padamu
          Yang -hampir- setiap katanya mewakili sikapmu
          Dan -mutlak- seluruh kalimatnya menggambarkan perasaanku