Hai, ini malam yang suntuk ketika aku harus berhadapan dengan kompor dan sayur-sayuran lagi. Genap seminggu aku berada di sini. Aku melihat cukup banyak pelanggan, mereka menyantap pesanan mereka dengan baik. Ini pilihanku, pilihan untuk terlibat lagi dengan orang lain. Mereka memerintahku berlari ke sana dan ke mari. Sungguh, ini melelahkan. Seolah aku mendapati punggungku dihantam batu besar hingga berkali-kali. Aku pikir, aku akan segera angkat kaki dari sini. Kesibukan ini mengusik seluruh hidupku, juga jam tidurku.
Aku beberapa kali memekik lewat bantuan bantal. Rasanya aku ingin sendiri. Tahukah? Hari-hariku semakin berat. Seakan matahari ada di atas puncak kepalaku. Seakan air tak kan lagi dapat kutemukan. Seakan kedua orang tuaku hanya tersenyum di depan sana tanpa mampu kuraih.
Aku ingin mengatakan kebenarannya sejak lama. Bahwa aku lelah. Aku ingin menyerah. Aku ingin duduk atau bahkan terbaring saja di sini. Tapi kenapa orang-orang terus memaksaku untuk menyingkap jendela, membiarkan cahaya memasuki ruanganku. Apa kalian tidak tahu? Aku benar-benar lelah. Aku ingin tidur. Aku, aku, aku ingin ini diakhiri.
Aku butuh tidur. Empat jam tak cukup bagiku untuk memejamkan mata. Aku ingin lebih.