dhilaasp

Untuk bab kali ini, membuat saya sedikit kebingungan, mencari dan menempatkan tokoh tersebut pada bab ini. Membuat saya, seketika teringat akan sesuatu. 

dhilaasp

Bram dan Rakha sangatlah berbeda. Sikap mereka yang berbeda seratus delapan puluh derajat, membuatku bingung. Harus memilih yang mana. Sedangkan Rakha hanya sebatas angin lalu yang dikirim semesta untuk memberi kenangan. Sedangkan mendapatkan Bram sebuah ketidakmungkinan

dhilaasp

Menjauh dari hidupnya. Hal berat yang harus saya pilih. Memilih pulang ke tempat awal. Jauh sebelum mengenalnya. Sebab, keegoisanku serta rasa iriku terhadap orang terdekatnya, membuatnya merasa risih. Terimakasih , sudah memberiku orang paling menyenangkan. Walaupun harus kusudahi sampai di sini. 

dhilaasp

Jam tidur saya berantakan. Baru saja tidur sebentar, lima belas menit kemudian, saya terbangun. Kali ini berbeda, saya terbangun dalam keadaan menangis. Tangis saya kalut, menangis diantara pagi dan malam. Saya rindu, tangisan kali ini adalah rasa rindu saya ke dia. Saya buka galeri, melihat video yang dulunya selalu dia kirim ke saya. Senyumnya, tawanya, caranya berbicara. Semuanya masih sama. Tak ada perubahan, tak ada yang berubah sama sekali. Benar-benar membuatku sedih. Saya menangis, hampir dua jam. Setelah itu saya berusaha untuk menenangkan diri saya sendiri. Saya bilang ke diri saya "saya kangen. Saya kangen sama dia, semesta. Saya kangen waktu dia sama saya. Saya kangen kalau tiap malam saya selalu berkabar dengannya. Dan sekarang, semuanya seperti hambar. Hilang secara tiba-tiba" Setelah itu saya kembali tidur. Menaruhkan segala harap,, untuk dia mampir ke mimpi saya. 

dhilaasp

Barusan, salah satu teman saya cerita tentang masalah percintaannya. Ceritanya begini, dia sedang dalam fase bosan dengan kekasihnya. Sedang dalam masa nggak baik-baik aja. Dia sedih, cerita sambil menangis. Dia sayang dengan kekasihnya, tidak ingin kehilangan. Namun, bingungnya dia sedang dalam fase bosan. Yang membuatnya harus berhenti sebentar untuk nggak bersama kekasihnya. Tiba-tiba dia nanya ke saya. "Kamu pernah dalam fase ini? Apa yang membuatmu begitu?" Saya cuma diam, terus saya jawab. "Pernah. Sedang bosan2nya, namun saya berusaha menghilangkan rasa bosan itu dengan memintanya untuk bermain seharian dengan saya. Tapi dia tidak bisa, dan memilih bermain dengan teman-temannya." Teman saya menangis. "Kamu nggak apa-apa, Dhil?" Saya ketawa. Dia sedih karena melihat saya sedang berusaha menghilangkan rasa bosan, tapi dianya nggak punya waktu untuk saya. 

dhilaasp

Saya sedang diperjalanan pulang. Tiba-tiba saya ingat, kalau saya pernah lewat jalan itu dengan dia. Saya berhenti sebentar, terus saya diam. Melihat sekeliling keadaan. Menaruh bayangannya dalam jalanan itu. Air mata saya tiba-tiba turun. Ternyata hal yang membuat saya senang, lama kelamaan menjadi angan yang harus saya kenang. Ternyata kenangan berat sekali untuk dilupakan. Dari situ, saya belajar. Ternyata kebahagiaan saya cuma ada di dia. Dan setelahnya, saya nggak akan bisa melupakan dia.