Hidup dalam cerita fiksi lebih menenangkan, karena ada ending yang sudah ditetapkan penulisnya. Sedang hidup sendiri berantakan, belum bisa menebak apa yang akan hadir kedepannya, apa yang harus ditentukan.
Waktu kecil diajari berjalan sampai jatuh-bangun di lantai, kemudian dengan mudahnya saya berlari menggapai mama. Sekarang harusnya saya lebih mudah bergerak maju, dibanding waktu saya umur dua tahun. Tapi kemungkinan-kemungkinan lain menjebak saya sampai lupa bagaimana cara berjalan? Bagaimana saya menggerakan kaki untuk selangkah lebih jauh? Saya tertinggal, jauh sebelum saya ditinggalkan.