Di, saya mending punya teman tembok beton saja.
Biar kalau saya lagi kesal bisa langsung saya tinju keras-keras atau saya lempar dengan apapun sampai ia hancur.
Biar saja saya yang sakit, tangan saya yang berdarah-darah, atau tulang saya patah tidak berbentuk. Asal saya bisa meluapkan emosi yang sedang meledak-ledak ini; emosi yang sudah tidak sanggup lagi saya tahan-tahan hingga dada saya sesak dan hampir mati.
Di, rupanya. tidak enak ya punya teman yang "baperan".
Dikit-dikit diem-dieman, dikit-dikit uring-uringan, ambek-ambekan.
Bikin saya pusing saja, bikin saya ingin berkata kasar.
Di, maafkan.
Beginilah saya kalau sedang kalap, tidak bisa berpikir jernih. Semuanya pasti meluap-luap.
Subang, 2019.