dokyungmiii_

"hah? maksud?"
          	
          	"Iya aneh, gw nemu foto papa dengan wanita lain saat masih muda tapi wanita itu bukan nenek lampir." 
          	
          	Nenek lampir adalah sebutan untuk Vanya, ibu tiri mereka. 
          	

dokyungmiii_

"Hai kak." Sapa Diksa. 
          
          "Tumben ada apa?" Ucap Dilsa seraya duduk ke karpet berbulu. 
          
          "Gw mau ngasih tau sesuatu yang rahasia." Ucap Diksa misterius.
          
          "Ada apa?" 
          
          "Pas papa dan nenek lampir itu pergi, gw masuk ke ruang kerja papa. Dan gw menemukan sesuatu yang aneh." Jelas Diksa. 
          
           

dokyungmiii_

"KALO BISA KENAPA HARUS DAPAT NILAI 98?!"
          Ucap Bagas seraya melemparkan kertas ulangan. "KENAPA KAMU GK BISA DAPET NILAI 100?! GAK GUNA BANGET JADI ANAK!!" 
          
          Dilsa pun menunduk. "Maaf pa." 
          
          "Sekarang masuk kamu kamar, belajar!! gk ada makan malam buat anak yang gak guna kayak kamu!!" 
          
          Dilsa pun langsung ke kamar nya.  Saat menaiki tangga, Dilsa bertemu dengan Vanya ibu tiri Dilsa yang tersenyum mengejek ke arah Dilsa. 
          
          "Gak guna dasar" ucap Vanya tanpa suara. 
          
          Dilsa pun tak menghiraukan ucapan Vanya, ia langsung pergi ke kamarnya. 
          
          Saat melewati kamar Diksa, tiba-tiba Dilsa di tarik masuk ke dalam kamar Diksa. 
          
          
          
          
          
          
          
          
          

dokyungmiii_

Dilsa pun berjalan menuju tempat favorit nya yaitu taman. Sesampainya di taman Dilsa merasakan sesuatu yang aneh. 
          
          'Tumben banget taman ramai sekali, emang ada apa?'  
          
          Dilsa pun menghampiri keramaian tersebut. 
          
          "Maaf bu, kenapa ada ramai ramai?" Tanya Dilsa pada salah satu ibu" yang ada di sana. 
          
          "Itu neng, ada mayat pembunuhan di taman." Ucap ibu itu seraya menunjuk ke depan. 
          
          Dilsa pun melihat ke arah yang di tunjukkan ibu tersebut. Ternyata benar ada sesosok mayat yang di tutupi dengan koran. 
          
          "Kalau begitu terimakasih Bu." 
          
          "Iya neng, sama-sama hati" ya neng." 
          
          Dilsa pun menjauh dari keramaian tersebut dan menuju tempat favorit nya yaitu kursi taman yang di depan nya ada pemandangan danau. 
          
          'Harus sampai kapan aku hidup seperti ini? kapan masalah-masalah ini akan pergi dan kapan kebahagiaan akan datang?  bagaimana rasanya disayang oleh sosok ibu? selama ini han-" 
          
          Lamunan Dilsa pun pecah saat mendengar suara di balik semak. Dilsa pun melihat ke arah semak" secara intens. 
          
          'Eh kok ada sepasang mata?' Dilsa pun mengucek mata nya berharap apa yang dia liat itu salah. Ternyata itu benar sepasang mata yang sedang menatap tajam ke arah nya. 
          
          'Eh beneran gak sih? ah mungkin ini efek dari aku kecapean saja.' Pikir Dilsa. 
          
          Dilsa pun kembali mengucek mata nya dan kembali melihat ke semak" dan tidak melihat sepasang mata tersebut. 
          
          'Tuhkan ini efek kecapean saja. Makanya aku berhalusinasi ada sepasang mata yang menatap ke arahku.'
          
          Dilsa pun bangkit dari kursi dan pulang ke rumah nya.
          
          "Dilsa pulang." Ucap Dilsa sesampainya di rumah.
          
          Di ruang tamu sudah ada Bagas papa Dilsa. 
          
          "Gimana tadi ulangan?" Tanya Dilsa. 
          
          Dilsa pun tersentak. 
          
          "Bisa pa." Jawab Dilsa. 
          
          

dokyungmiii_

"Dilsa, lebih baik Lu pulang aja duluan, biar gw yang beresin ini. Lagi pula ini hanya sedikit." Ucap Candra.
          
          Candra, sosok teman kerja yang menjelma menjadi kakak Dilsa.
          
          "Engga usah kak, biar aku aja." Tolak Dilsa.
          
          Umur Dilsa dan Candra hanya terpaut 3 tahun, tentu saja Dilsa lebih muda.
          
          "Ini udah jam 8 malam lho, besok lu harus sekolah lagipula lu gak bakal langsung pulang kan? mau mampir ke taman kan?" 
          
          "Eum iya kak, tapi ini beneran gk apa apa kalo aku pulang duluan?" Ucap Dilsa tak enak.
          
          "Iya gk apa apa, lagi pula ini cuman dikit kok." Jawab Candra dengan senyuman tulus nya. 
          
          "Terimakasih kak." Ucap Dilsa seraya memeluk Candra. 
          
          "Iya sama sama, yaudah sana lu ke taman, nanti ke buru malam lagi." Candra pun mengelus rambut Dilsa. 
          
          "Byeee kak." Dilsa pun meninggalkan Candra. 
          
          'Dia sangat pandai bersandiwara menutupi semua masalah nya.' Ucap Candra saat melihat Dilsa semakin menjauh. 
          
          
          
          
          

dokyungmiii_

"Apa kau ingin membunuh ku?"
          
          Dilsa sosok gadis lugu nan rapuh itu sekarang pasrah dengan keadaan. Dia sudah lelah dengan semua hal. Terbebas dari masalah dan bahagia adalah keinginan dia, namun keinginan itu tidak pernah terwujud.
          
          "Kau tau, aku sudah lelah dengan semua ini, masalah- masalah yang selalu mengikuti dan menghusir kebahagiaan dari aku."
          
          Dexon, dia hanya berdiam menatap Dilsa.
          
          "Menyakiti diri sendiri adalah hal yang biasa ku lakukan untuk menghilangkan rasa sakit ini." Dilsa terdiam sebentar. "terbebas dari hidup ini adalah harapan ku sekarang."