dustedcorner

dearest, my heart is a bottle,
          	containing my hunger for you.
          	now it is full,
          	so full that i'm starving.
          	
          	dearest, my soul is longing for you,
          	while my body craves for your weight.
          	the weightlessness is too heavy now,
          	because, dearest,
          	a ship that is weightless,
          	could never sail.
          	it is unsteady.
          	
          	dearest, we part ways now.
          	farewell.
          	but i would never,
          	fare well.
          	
          	i am unsteady.

dustedcorner

no grammar we ball.
          	  my first time writing a poetry in english.
          	  yea, no grammar we ball.
Reply

dustedcorner

dearest, my heart is a bottle,
          containing my hunger for you.
          now it is full,
          so full that i'm starving.
          
          dearest, my soul is longing for you,
          while my body craves for your weight.
          the weightlessness is too heavy now,
          because, dearest,
          a ship that is weightless,
          could never sail.
          it is unsteady.
          
          dearest, we part ways now.
          farewell.
          but i would never,
          fare well.
          
          i am unsteady.

dustedcorner

no grammar we ball.
            my first time writing a poetry in english.
            yea, no grammar we ball.
Reply

dustedcorner

Kecantikan adalah sebuah seni.
          
          Kurasa jika tiada hukum yang mengikat tiap tindak-tandukmu, sudah tergantung kepala gadis itu di dinding kamarmu. Dijadikan pajangan, hiasan, pemuas keinginan olehmu.
          
          Kurasa kamu dan akal sehat sudah lama bercerai-berai bagai domba-domba yang dikejar serigala, otakmu hanya nafsu, nafsu, nafsu.
          
          Sopan santun yang dulu mati-matian dicekoki Ibumu ke mulut larinya tidak ke kepala, tapi ke lambung, kini jadi tahi dan membusuk. Busuknya kini berumah di hatimu, di kepalamu, di tiap sudut tubuhmu. Kini kamu jadi manusia busuk.

dustedcorner

untuk kamu yang tersenyum ke arahku agar kelak perasaanku bisa dijadikan kelakar,
          
          aku ingin kamu melihatku lalu terbakar, membara, merah, jadi debu lalu ditiup angin.
          aku ingin kamu menyesal, lalu menjadi abu bersama sesalmu.
          aku ingin kamu jadi abu yang berona abu-abu, lalu pergi menumpang bayu, pergi jauh sampai mataku tak mampu melihat sisa-sisa dirimu, sampai bayanganmu tak lagi membayangi hatiku, sampai pikiran-pikiran tentangmu tak lagi bernaung di kepalaku.

dustedcorner

@ aryyple  terima kasih ary yang baik hatiii :D, aku menulisnya sambil bertanya-tanya, kok ada orang yang dengan enteng menjadikan perasaan orang lain mainannya?
Reply

aryyple

@ dustedcorner cantik sekali tulisannya. Apakah Kak Dione menulisnya sambil menahan amarah?
Reply

dustedcorner

tapi dendamku tiada akan pernah jadikan kamu debu; karena aku yang jadi abu. tapi harapku tiada akan pernah jadikan kamu debu; karena aku selamanya hanya jadi senda guraumu.
Reply

dustedcorner

Kurasa aku akan mati dan itu bukanlah salahmu.
          
          Hatiku ini pernah berteman api yang membara,
          
          panasnya menjilat tiap bagian sampai alih bentuk menjadi abu,
          
          bersinar terang seperti api yang membakar matahari.
          
          Tapi, saat api mati, matahari ikut padam bersamanya.
          
          Kurasa api di hatiku baru saja mati dan itu bukanlah salahmu.