"Gue kepilih jadi Ketua Dapur," kata dia pas gue besukan di Rutan. Pertemuan kami dibatasi partisi kaca, ngomongnya pakai telpon interkom. Cuma dikasih waktu 20-25 menit.
Gue menatap dia yang bertubuh ceking. Sudah hampir 6 minggu di situ. Waktu pertama dijebloskan, bobotnya cuma tinggal 47kg. Namun, dia gak kelihatan tambah kurus sih. Tambah putih, malah, karena para tahanan hanya bisa menikmati cahaya matahari seminggu sekali.
Alhasil, gue tetap kesal mendengarnya. "Ketua Dapur? Terus ... lo bangga gituh?!" Buat gue, mau jadi pangeran di situ pun, tetap lo di kurungan, bukan?
Waktu gue cerita ke pengacara (prodeo, alias gratisan) yang nanganin kasus itu, si Pengacara malah senyum lebar. "Wahhh, bagus itu. Kabar baik, tuh!"
Gue mangkel! Jadi 'Ketua Dapur' di rutan ... elo anggap kabar baik?!
Kenyataannya, Mr. E.S, pengacara kami itu lebih paham, karena sudah beberapa kali mendampingi tersangka pidana. Dia tahu kerasnya 'rimba' di rutan, dan jadi 'Ketua Dapur' bisa membuat seorang yg terkukung besi bernapas agak lega.
---- next
true 'grey' stories
dari dunia rahasia yang abu-abu
(posting setelah pertengahan Desember, kalau ingat)