er_sajangnim

Dulu, aku menulis apa adanya dengan menjadi diri sendiri.
          	
          	Hal ini yang aku rindukan.
          	
          	Banyaknya pembaca yang mulai berdatangan membuatku kehilangan itu. 
          	
          	Aku mulai merubah gayaku dalam menulis, berharap bisa membuat tulisan yang rapi dan indah seperti para senior yang lainnya.
          	
          	Nyatanya, itu bukan takdirku.
          	
          	Ternyata Tuhan ingin aku seperti semula. Aku dan gaya tulisanku yang friendly dan terkesan menulis untuk seru-seruan semata. Dan juga, Tuhan ingin aku seperti dulu. Seorang penulis amatir yang tak memandang berapa banyak pembaca yang mengikutiku dan menyukai apa yang aku tulis.
          	
          	Aku memulainya kembali. Dan benar, rasanya mulai membaik.
          	
          	-er sajangnim

er_sajangnim

Dulu, aku menulis apa adanya dengan menjadi diri sendiri.
          
          Hal ini yang aku rindukan.
          
          Banyaknya pembaca yang mulai berdatangan membuatku kehilangan itu. 
          
          Aku mulai merubah gayaku dalam menulis, berharap bisa membuat tulisan yang rapi dan indah seperti para senior yang lainnya.
          
          Nyatanya, itu bukan takdirku.
          
          Ternyata Tuhan ingin aku seperti semula. Aku dan gaya tulisanku yang friendly dan terkesan menulis untuk seru-seruan semata. Dan juga, Tuhan ingin aku seperti dulu. Seorang penulis amatir yang tak memandang berapa banyak pembaca yang mengikutiku dan menyukai apa yang aku tulis.
          
          Aku memulainya kembali. Dan benar, rasanya mulai membaik.
          
          -er sajangnim

er_sajangnim

Tidakkah kamu seharusnya bersyukur dengan segalanya yang kamu miliki?
          
          Kamu terlalu sibuk mengeluh hingga  melupakan seberapa banyak yang sudah Tuhan berikan dan kabulkan dari doa-doamu yang penuh dengan keinginan itu.
          
          -er sajangnim