evefhyles_

Percayalah, niatku yang tertunda 
          	setahun yang lalu,
          	
          	akhirnya mengambil alih tubuhku.
          	
          	Aku riang sekali,
          	sambil memperhatikan kipas yang berhenti berputar, juga pada bantal orange kesayanganku
          	di atas tempat tidur.
          	
          	Tanpa sengaja, mataku melirik
          	kusut bekas tubuhku
          	beberapa jam yang lalu.
          	
          	Menangkap sisi yang berdebu
          	di samping tempat tidur, 
          	seprai yang terlampau berantakan
          	ditendang adikku.
          	
          	Aku meringis,
          	membayangkan betapa lamanya
          	aku tertidur,
          	
          	sampai debu di kaca lemari buku
          	menutupi
          	tumpukan-tumpukan kertas, 
          	enggan menampakkan buku-buku lama
          	yang hilang,
          	disembunyikan barang.
          	
          	Oh, 
          	dan sekarang,
          	
          	giliran pernak-pernik kamar
          	yang mengejekku,
          	menertawakan 
          	kemalasanku,
          	
          	menyindir betapa pintarnya aku,
          	sebab otak-ku usang terlalu lama
          	berdiam dalam gudang berkipas angin,
          	dihibur suara piano yang mengalun, 
          	hingga lantai beralaskan kasur kapas,
          	
          	juga jangan lupakan 
          	tas berwarna-warni yang bergantung
          	di belakang pintu,
          	seketika aku hampir lupa bernapas,
          	
          	melihat laptop yang manis, 
          	di atas meja belajarku,
          	sebuah ingatan
          	menamparku keras-keras,
          	
          	aku menyadari,
          	
          	dari setahun yang lalu aku berniat
          	mengirimnya ke rumah ahli,
          	sayang sekali,
          	kemalasanku malah menelantarkannya,
          	
          	benar-benar tuan yang cerdas.
          	
          	—With Ev✨
          	29 Februari 2020

evefhyles_

Percayalah, niatku yang tertunda 
          setahun yang lalu,
          
          akhirnya mengambil alih tubuhku.
          
          Aku riang sekali,
          sambil memperhatikan kipas yang berhenti berputar, juga pada bantal orange kesayanganku
          di atas tempat tidur.
          
          Tanpa sengaja, mataku melirik
          kusut bekas tubuhku
          beberapa jam yang lalu.
          
          Menangkap sisi yang berdebu
          di samping tempat tidur, 
          seprai yang terlampau berantakan
          ditendang adikku.
          
          Aku meringis,
          membayangkan betapa lamanya
          aku tertidur,
          
          sampai debu di kaca lemari buku
          menutupi
          tumpukan-tumpukan kertas, 
          enggan menampakkan buku-buku lama
          yang hilang,
          disembunyikan barang.
          
          Oh, 
          dan sekarang,
          
          giliran pernak-pernik kamar
          yang mengejekku,
          menertawakan 
          kemalasanku,
          
          menyindir betapa pintarnya aku,
          sebab otak-ku usang terlalu lama
          berdiam dalam gudang berkipas angin,
          dihibur suara piano yang mengalun, 
          hingga lantai beralaskan kasur kapas,
          
          juga jangan lupakan 
          tas berwarna-warni yang bergantung
          di belakang pintu,
          seketika aku hampir lupa bernapas,
          
          melihat laptop yang manis, 
          di atas meja belajarku,
          sebuah ingatan
          menamparku keras-keras,
          
          aku menyadari,
          
          dari setahun yang lalu aku berniat
          mengirimnya ke rumah ahli,
          sayang sekali,
          kemalasanku malah menelantarkannya,
          
          benar-benar tuan yang cerdas.
          
          —With Ev✨
          29 Februari 2020