flc_writers

Tahun baru beli kalender
          	Selamat malam, Traveller!
          	
          	Tidak terasa 2024 sudah mau berakhir, seketika waktu terasa berlalu begitu saja, ya? Apakah kalian sudah mewujudkan keinginan masing-masing? Mimin sih seneng banget--terima kasih atas kebersamaan kalian semua dari open member, event Agustusan, event Market, event Minggu Mini in Wall. Eits, memasuki tahun baru yang makin dekat, FLC bakal ada yang comeback, nih! Apa itu kira-kira...? Nantikan kejutan dan keseruan di Januari 2025 ya, Moonshine! (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤
          	
          	Ditunggu partisipasinya!
          	
          	

itsweet_creamcake

@flc_writers event challange novel dong, Kak
Reply

Renz_Venus

@flc_writers I'm wait for this :D
Reply

flc_writers

Tahun baru beli kalender
          Selamat malam, Traveller!
          
          Tidak terasa 2024 sudah mau berakhir, seketika waktu terasa berlalu begitu saja, ya? Apakah kalian sudah mewujudkan keinginan masing-masing? Mimin sih seneng banget--terima kasih atas kebersamaan kalian semua dari open member, event Agustusan, event Market, event Minggu Mini in Wall. Eits, memasuki tahun baru yang makin dekat, FLC bakal ada yang comeback, nih! Apa itu kira-kira...? Nantikan kejutan dan keseruan di Januari 2025 ya, Moonshine! (⁠◍⁠•⁠ᴗ⁠•⁠◍⁠)⁠❤
          
          Ditunggu partisipasinya!
          
          

itsweet_creamcake

@flc_writers event challange novel dong, Kak
Reply

Renz_Venus

@flc_writers I'm wait for this :D
Reply

flc_writers

*Pengumuman MMW telah tiba!*
          
          Setelah kami melakukan penilaian yang begitu rumit, ini dia para juara di MMW bulan Desember 2024! 
          
          Juara 1 @lara_albafolia dengan perolehan poin 42 poin.
          
          Juara 2 @Haroldsid dengan perolehan poin 41 poin.
          
          Juara 3 @Ci_Sheng dengan perolehan poin 40 poin.
          
          Untuk yang tidak tersebut, jangan terlalu berkecil hati. Naskah kalian keren-keren, ditunggu partisipasinya lagi bulan depan!
          
          Berkaitan dengan hadiah pulsa Juara 1 dan non-mem juara dengan hadiah ramaikan naskah solo bisa konfirmasi ke admin Wattpad di nomor 081918580575 (Baim).
          
          Oh! Jangan lupakan e-sertifikatnya, ya! 
          
          Tautan: 
          https://drive.google.com/drive/folders/114NPrzEcDq2f_zIeKb34mi7FVX_W63ne
          
          
          Demikian Minggu Mini in Wall bulan ini kami akhiri. Terima kasih kepada semua partisipan juga karya-karya hebatnya! 
          
          Sampai jumpa di MMW tahun depan!

Renz_Venus

Penulis : Cheezy Rovey
          [Amethyst Nevarious - Fantasy - Thriller – Penyihir]
          
          Jika aku membayangkan sebuah hari di mana angin dapat bertiup leluasa, hewan-hewan menari meratapi bahagia, serta cahaya menyelimuti diri dengan kehangatan. Di sanalah aku akan berseru pada alam untuk menyematkannya pada cerita keheningan yang selalu menemani kegelapan kala itu.
          
          ”Anámesa sti lámpsi ton asterión, stin kravgí tou ouranoú kai sto thánato tis eikónas, vythisteíte sti límni tou skótous.”
          (Di antara kilauan bintang, tangisan cakrawala, serta kematian sang rupa, tenggelamlah dalam kubangan kegelapan.)
          
          Di daratan Zemira, aku menapaki kehidupan. Dua batu yang menjulang, menjadi pembatas wilayah negri ini.
          
          Gelapnya awan serta bias kemerahan jauh di ujung sana, menjadi pemandangan yang kini semakin sering tampak pada safir milikku. ”Semua tangisanku, akan menjadi lukisan indah pada raungan mereka.” Suaraku menggemakan rintihan. Jiwa ini telah dimangsa kehangatan semu akan sebuah kemurkaan.
          
          Angin berembus lirih dan menyayat, seolah membisikkan irama lagu pengantaran jiwa pada dasar tanah negri ini. ”Kembalilah pada pelukan tanah kelahiran ini,” aku bergumam. Jemariku terulur, memberikan setiap jiwa teriakan iblis pada embusan napas terakhir. ”Aroma yang manis.”
          
          Angin membawaku terlalu jauh dari tempat aku memandang awan pekat yang meraung. Hingga jiwa yang penuh dengan gumaman suara iblis, kini berdiri tepat dihadapanku.
          
          Ah, dosa memabukkan ini, sepertinya dia sangat mendambakan pelukan Dewi.
          
          ”Ikatan-ikatan kelam itu, tidak bisakah kau melepaskan dan membiarkannya melebur pada masa?”

Renz_Venus

Embusan angin, meniup surai hitam milikku semakin kuat, seolah setiap aksara yang muncul diantara bibir tipisnya, menjadi pengiring kemurkaan alam yang kian mengguncang. ”Dahulu, aku dengan senantiasa mengulurkan tangan pada takdir, tetapi sayangnya, takdir itu menghianatiku,” suaraku begitu lirih, apa dia mendengarnya?
            
            ”Rasa yang bersemayam ini, akan selalu ada, tetapi api yang membara ini, semakin menguburkannya,” suaranya, penuh kesengsaraan. Ini adalah ujung yang kuharapkan. Masa itu telah pupus, meninggalkan iringan air mata di antara dendam serta rasa.
            
            ”Rasa itu telah melebur. Sekarang ... kau dan aku akan tertawa pada embusan napas terakhir.”
Reply

_restiqueen_

Resti Queen
          [Sudah Sepantasnya Aku - Fantasi - Romance - Mitologi - Mantra]
          
          Bukankah memang sudah sepantasnya aku berperilaku begitu? Bukankah memang sudah kodrat mereka menyembah, menghamba, dan melakukan segalanya demi aku? Harusnya mereka--para manusia itu tidak membenciku ketika menaburkan benih ke dunia.
          
          Aku Dewa Zeus, tertinggi di Olympus, terkuat dan teragung di antara para Dewa lainnya.
          
          Berbahagialah engkau wahai seorang ratu manusia, yang kudatangi malamnya untuk bercumbu mesra. Harusnya engkau merasa terhormat wahai Medusa pelayan Athena, tidak sepantasnya kau menolak sampai harus kupaksa.
          
          Atau, aku tidak mengerti mengapa Persephone begitu setia pada Hades hingga aku harus menggunakan mantra untuk menyerupainya.
          
          Sungguh, mereka-mereka adalah orang-orang yang tidak bersyukur padahal sudah menerima cinta dari aku yang mulia.

William_Most

Penulis: William_Most
          [Tes Jurik - Fantasi - Thriller - Dunia Lain - Tahun Baru]
          
          Di malam pergantian tahun baru Walpurgis, aku dan geng monster paling menakutkan melewati gerbang ke dunia manusia untuk melakukan ujian kelulusan. Biasanya kami tak melakukan ini, karena konon dimensi lain cukup berbahaya. Kami siapkan taring paling tajam, kuku terlancip, sayap membentang.
          
          Benar saja, di sana banyak manusia berbaju eksentrik serta bersenjata yang ingin melenyapkan kami. Mereka juga tinggal di lingkungan dipenuhi air suci dan kertas pelindung. Tak ada harapan sama sekali, musuh mengepung dari segala arah.
          
          Satu per satu monster dipotong-potong taringnya, dipatahkan kuku, disobek sayap. Beruntung aku bisa kabur berkat tubuh nan mungil. Namun, para manusia lebih gesit lagi cerdik. Aku  tersudut di bawah sebuah pohon, lalu tak sengaja kulihat sesuatu berkilau di antara dahan. 
          
          Salah seorang manusia maju dengan raut menyangkah hati. "Ini adalah dunia manusia, tempat semua kesucian berkumpul. Apa mau kalian, monster?"
          
          "Tunggu, tolong izinkan aku bertaubat dan bergabung dengan kalian!" pintaku dengan amat memohon. Kuambil sesuatu berkilau itu.
          
          Para manusia awalnya ragu, tetapi mereka memberi kesempatan.
          
          Aku pun berterima kasih.
          
          "Siapa namamu?"
          
          "Devil." Itu adalah buah yang niscaya kelak menghancurkan umat manusia.
          
          Begitu aku diterima, kuhasut satu demi satu manusia. Buah kehancuran yang tumbuh subur dan disucikan, sebaiknya dimakan saja. Manusia berubah melakukan hal-hal keji. Mereka meminum minuman keras, makan makanan kotor, melakukan seks bebas. 
          
          Manakala manusia terakhir yang masih memercayai kesucian telah takluk di hadapanku, kubuka portal sehingga para monster mulai menguasai dunia manusia. 
          
          "Selamat, Devil. Kamu lulus. Saatnya ujian terakhir." Aku terkesiap, ternyata ujian masih belum selesai. Para tetua memasukkanku ke dunia kedua: Taman Eden.

Clynoqia

Clynoqia
          [Bumi Hangus - Fantasi - Angst - Mitologi - Naga, Salju] 
          
          Losmen kecil di ujung jalan yang sepuluh tahun kosong, papannya keropos dan hampir rubuh. Beruntung jadi tempat tidak layak huni, hingga aku bisa mengklaimnya sendiri. Di tengah badai salju malam purnama, hanya ada aku, api yang nyaris padam, dan angin dingin menusuk dinding tipis. Saat itulah aku menemukannya—seekor naga kecil, terluka di sudut perapian. Sisiknya berkilau hijau kebiruan, nyaris transparan, seperti kristal yang memantulkan cahaya lilin.
          
          Aku memandanginya dalam kebisuan. Takut menyentuh, jadi hanya memperhatikan deru nafasnya tersengal-sengal, seolah badai di luar telah merebut seluruh tenaganya—berarti belum lama ini dia meringkuk kesakitan. 
          
          "Kau seperti diriku yang dulu," bisikku, meskipun tidak yakin naga kecil itu bisa mengerti.
          
          Aku mengulurkan tangan padanya, coba mengelus sayapnya yang patah. Mata makhluk itu terbuka sedikit, dia mendengkur saat aku mendapati cairan hijau dari tengkuknya. "Diburu karena tampangmu, huh?" 
          
          Manusia menginginkan sihir tetapi kerap kali membunuh penyihir, mendambakan monster mitologi tetapi skeptis keamaanan akan menipis. Sejak dulu, manusia berangan tinggi tetapi bertindak seenaknya sendiri. 
          
          

Clouchi

@Clynoqia TERJENGKANG TERPELANTING TERGEDUBRAK
Reply

Clynoqia

 Aku merawat naga kecil itu. Sebulan cukup membuat sayapnya pulih dan dapat digunakan kembali. Tanpa kusadari tubuhnya turut membesar. 
            
            Aku sering berdongeng padanya; menjadikan makhluk itu teman cerita dalam kesepianku. Meskipun dia tidak mengerti, kurasa dia ikut merasakan kesedihanku. 
            
            Sampai tiba hari saat pintu losmen didobrak kencang. Gerombolan manusia berteriak dengan mengangkat arit, obor, dan senapan laras panjang, menodongnya ke arahku dan naga kecilku. Tanpa aba-aba mereka mengobrak-abrik seisi ruangan lantas mencabik, menginjak-injak, dan menikam jantungku. 
            
            Tidak ada yang bisa kulakukan selain tertawa. Menertawakan betapa bodohnya mereka sebab tidak langsung memenggal kepalaku. 
            
            Menertawakan nasib mereka semua yang terbakar hangus disembur api dan gemuruh petir. Auman marah begitu beringas terdengar di segala penjuru, naga kecil marah pada manusia tamak hingga meluluhlantakkan peradaban satu pulau. 
            
            Aku merasa beruntung telah melepaskan title manusia sejak dulu, karena menjadi manusiawi membuatmu tidak beradab. 
Reply

Haroldsid

An
          [Outsider -Fantasi- action - Penyihir- mantra]
          
          Sosok di depan mereka memberi tekanan tak kasat mata, tubuh mereka seperti terpaksa berlutut. Lewat ekor matanya Rea melirik El, keduanya berbagi pikiran yang sama. Sosok perempuan bertopeng di depan mereka adalah Outsider, sang dewa luar.
          
          "Masih terlalu lemah," kata sang perempuan.
          
          Perlahan-lahan tekanan itu menghilang. El mengangkat tinggi-tinggi tangannya. "RHUWY-STER!"
          
          Perisai setengah lingkaran muncul, Rea menerjang maju sementara perempuan itu mundur menjaga jarak. Sepersekian detik kemudian cahaya keemasan muncul lantas membentuk sebuah gerbang raksasa, dari sana keluar tombak yang melesat keluar. Melihat cela, Rea segera menendang tangan sang perempuan hingga senjatanya berhasil dia rebut.
          
          Namun, tendangan bertubi-tubi segera dia dapatkan. Tendangan yang meluncur ganas dengan semua tenaga bertumpu pada kaki. Rea kepayahan menangkis tendangan dengan gagang tombak, naas tendangan itu berganti dengan pukulan cepat yang mengenai bahu Rea.
          
          El merapalkan mantra sekali lagi, "Byrostiodwir."
          
          Gelembung-gelembung air melayang di udara, sang perempuan melompat mundur sembari menyilangkan kedua tangannya di depan. Dia berdecak, wajahnya kontan menunjukkan kemarahan. Gerbang keemasan terbuka sekali lagi, dia menangkap sempurna tombak.
          
          Perempuan itu mengambil ancang-ancang melempar. Secepat itu, Rea segera menerjang El yang menjadi sasaran. Kedua orang itu berguling membentur pelindung yang El ciptakan.

Haroldsid

            Kepala El terkatuk, di hadapannya Rea meringis sembari memegangi kaki, sementara di depan si Outsider mencabut tombak yang menancap di pintu.
            
            Bocah itu menganga, "Pintuku-"
            
            "HEH PINTUKU!" El makin tidak terima, pintunya dipukul hingga menimbulkan bekas penyok dan berlubang pada pintu besinya. "PINTUKU!"
            
            Namun, dia menyadari bahwa dia harus tenang. Dia melirik Rea yang kakinya berdarah, lantas menatap ke Outsider yang tidak bergerak dari tempatnya tadi masih dengan aura yang mengancam. "Kami menyerah, kami akan melakukan semua perintahmu."
            
            Sang perempuan tersenyum miring, dia masuk ke dalam asrama El tanpa izin. Tidak beradab, tetapi cukup berbelas kasih mengampuni nyawa mereka.
Reply

Clouchi

Clouchi
          
          [Reka Ulang - Fantasi - Romance - Akademi - Salju dan Tahun Baru]
          
          "Temui aku di hutan belakang akademi sebelum kamu berangkat."
          
          Demikian isi surat dari Jason. Namun, saat Merichi datang ke tempat yang dimaksud, tak didapatinya sosok laki-laki berambut cokelat manis.
          
          Udara begitu dingin pada malam menjelang tahun baru. Merichi melonggarkan syalnya yang terlalu erat. Matanya terfokus pada mantel musim dingin yang dia kenakan. Mengingat bahwa mantel biru pucat itu adalah hadiah dari Jason, dia tersenyum.
          
          Sebelum gadis itu sempat tenggelam dalam khayal, telinganya menangkap bunyi samar dari balik pohon; bunyi sepatu bot menjejak di atas selimut salju. Menengok ke sumber suara, didapatinya sosok yang ditunggu.
          
          "Jason? Kenapa sembunyi?" tanya Merichi.
          
          Tanpa menjawab, lelaki tersebut berbalik lantas berderap lebih dalam lagi ke hutan. Jubah merah yang dipakainya melambai di udara, begitu jelas di antara putihnya salju.
          
          "Hei, tunggu!"
          
          Sontak Merichi mengejar, dia ikuti warna merah itu, lantas benaknya menangkap suatu perasaan yang familier. Seperti dejavu, tetapi ada yang salah.
          
          Apa maunya? Merichi sempat melihat senyum semanis warna rambut lelaki itu sebelum aksi kejar-kejaran ini dimulai. Mungkin sedang iseng.
          
          "Jason! Kenapa kamu malah lari, sih?!"
          
          Sosok Jason menghilang saat dia berbelok di balik sebuah pohon yang rontok daunnya. Merichi jadi yakin kalau dia sedang dikerjai. Si gadis pun berhenti di samping pohon tersebut. Napasnya memburu disertai uap yang jelas tampak.
          
          Dia celingak-celinguk, tak mendapati siapa pun. "Apa sih! Maunya apa—"

Clouchi

Ucapan Merichi terpotong ketika terasa seseorang merangkulnya dari belakang. Perlahan lengan berbalut mantel marun menjadi kasatmata, tengah menguncinya dalam dekap.
            
            "Ini kayak waktu kita pertama kali bertemu. Ingat?" tanya Jason.
            
            "Ingat." Merichi mengembuskan napas berat, tersenyum simpul. "Tapi kebalik."
            
            Keduanya tertawa kecil, kemudian jatuh dalam hening. Lonceng akademi pun berbunyi ditemani meriahnya kembang api warna-warni.
            
            "Chici."
            
            "Ya?"
            
            "Berjanjilah padaku," Jason mengeratkan dekapannya saat Merichi berbalik untuk membalas pelukan itu, "jaga dirimu. Dan ... kumohon, kembalilah dengan selamat."
            
            "Iya, janji. Tunggu aku, ya."
            
            [298 kata]
Reply

cindi_cr

Cindy CR
          [Stella Akademi - Fantasy - slice of life - akademi - salju]
          
          Gadis bermantel tebal itu menjadi sorotan banyak orang di jalan. Dia nampak menahan malu dengan terus menundukkan kepalanya. Langkah kakinya terhenti tepat disebuah rumah gaya Belanda. Saat hendak masuk ke area rumah itu seseorang menghentikan tangannya. 
          
          "Astaga, di cuaca panas begini kenapa kau memakai mantel setebal itu nak," kaget seorang wanita tua yang menenteng kantong kresek berisi sayuran. 
          
          "Anu bude saya tadi habis dari jalan-jalan membeli pakaian."
          
          Gadis itu langsung berlari masuk ke dalam rumah. Tiba-tiba saja datang hembusan angin dingin yang kuat menerpa tubuhnya, sampai pintu rumah tertutup. Pemandangan disekelilingnya pun berubah menjadi halaman sekolah yang ditutupi oleh salju berwarna putih. 
          
          "Selamat datang, Nak Carabelly di Stella akademi," sambut seorang lelaki tua. 
          
          "Salam kenal, Pak William saya Carabelly dari Indonesia." 
          
          Gadis itu menunduk hormat. Pak William tersenyum lalu mengajaknya untuk masuk ke gedung akademi. Bangunannya sangat cantik seolah itu adalah sebuah istana bagi sang gadis. Tumpukan salju membuat akademi itu semakin cantik saat terkena pantulan sinar rembulan. 
          
          

cindi_cr

@ cindi_cr  "Mulai hari ini Nak, kau akan bersekolah di sini." 
            
            Pintu akademi yang besar itu terbuka sendiri. Saat kaki mereka melangkah masuk, mereka disambut oleh pemandangan yang lebih indah. Lampu gantung berbentuk bintang menghiasi atapnya yang tinggi. Para murid akademi yang lain terlihat mondar-mandir menyiapkan barang mereka ke asrama. 
            
            "Boleh aku bertanya Pak William?" tanya Carabelly.
            
            "Tentu saja."
            
            "Kenapa aku bisa masuk ke akademi ini, bukankah tempat ini adalah untuk anak-anak yang berbakat pada bidang sihir saja?" tanya Carabelly karena dia merasa tak memiliki sihir apapun. 
            
            Pak William tersenyum dan menepuk kepalanya dengan lembut. "Saat kau berhasil masuk ke daerah akademi, artinya kau telah terpilih untuk belajar di sini walau kau tak punya sihir." 
            
            Carabelly tersenyum senang, dia tak menyangka bahwa tempat ini benar-benar ada. Ia kira surat yang datang waktu itu hanyalah keisengan seseorang. 
            
            300 kata
Reply

RaveindeRave

Raveinde Rave
          [Mirabelle dan Constantine - Fantasi - Romance - Akademi]
          
          Di bawah langit berbintang, dua murid duduk sembari menengadah. Keduanya memperhatikan milyaran bintang dan menyebutkan setiap rasi yang terlihat. Kadang kala, Mirabelle nyaris merosot karena duduk di atap yang miring, membuat Constantine harus memegangnya.
          
          “Harusnya kita membawa buku,” ujar Mirabelle setelah membetulkan posisi duduk.
          
          “Kalau kau ingin membaca, seharusnya di kamarmu saja.” Constantine menarik gadis itu agar lebih mendekat lagi. “Aku ingin mendengar sesuatu darimu.”
          
          “Sesuatu seperti apa?”
          
          “Yang kau baca sebelum ke sini.”
          
          Mirabelle mencoba untuk mengingat isinya, lalu tersenyum. “Aku yakin kau sudah dengar jika tongkat sihir bisa berubah bentuk sesuai keinginan pemiliknya. Seperti punyaku yang jadi hiasan rambut kupu-kupu.”
          
          “Aku sudah tahu itu.” Constantine mengangguk.
          
          “Punyamu pedang sihir, kan? Apa kau akan menggunakannya untuk duel antar-asrama besok?” tanya Mirabelle yang langsung membuat pemuda itu kembali mengangguk. 
          
          “Kau mau mendukungku, kan?”
          
          Pertanyaan yang terlontar dari bibir Constantine membuat Mirabelle terdiam seribu bahasa. Tanpa menunggu jawaban dari kekasihnya pun, pemuda itu sudah tahu jawabannya.
          
          “Aku berharap kau mau mendukungku, Mira. Tapi, aku juga tidak bisa memaksamu mengkhianati asramamu sendiri.”

RaveindeRave

Mirabelle tersenyum getir. Di lubuk hatinya, ia ingin memberikan dukungan untuk Constantine sebagai perwakilan asrama Sapphire, tetapi lawan duel asrama itu adalah Ruby—asramanya sendiri. Gadis itu lantas mengecup pipi kekasihnya dan berdiri. 
            
            “Tan, aku tidak bisa mendukungmu besok. Tolong jangan marah dan kalau kau ingin menang, lakukanlah yang terbaik tidak peduli dengan siapa kau akan berduel besok. Semoga beruntung!” 
            
            Mirabelle lekas turun dari atap dan kembali ke asramanya, sementara Constantine terdiam sembari memegang bekas kecupan di pipinya. Tatkala jam berdentang menandakan tengah malam, pemuda itu sadar bahwa alasan sebenarnya sang kekasih tidak mau mendukungnya karena dialah perwakilan Ruby, lawan Constantine di duel nanti.
Reply