KALOPSIA (bagian 0.1)
Jimin menyusuri jalan setapak pada pinggiran danau yang menghijau, riuk akan lembaran daun bunga teratai yang menyelimuti permukaan, seolah menjadi satu satunya yang berkuasa akan tiap tetesnya.
Jimin lagi lagi menatap iri pada bunga bunga yang bermekaran tanpa malu malu, seolah menunjukkan kecantikannya tanpa harus takut akan penilaian orang lain terhadapnya.
Ia ingin bahagia, bebas dan leluasa melakukan apapun tanpa harus menentukan standar untuk dirinya sendiri, tanpa harus membandingkan dirinya sendiri dengan setiap orang yang ia jumpai di persimpangan jalan atau pada trotoar malam yang sepi, Jimin hanya ingin menjadi bersinar sebelum dirinya sendiri meredupkan segalanya.
Telephone genggam dalam sakunya bergetar, menyita seluruh perhatiannya dari bunga bunga teratai yang merekah indah pada nama yang tertera nyata di sana.
Kim Namjoon, Spikolognya.
"Jimin, jadwal mu terlewat lagi, apa kau baik baik saja?"
Helaan nafas berat menyaru bersama dinginnya angin sore yang sedikit banyak membuat tubuhnya gemetar kedinginan, lagi lagi Jimin lupa akan jadwal terapinya.
"Maaf ya kak, tadi pekerjaan ku menumpuk, ku kira terapi ku besok, maafkan aku sekali lagi kak, aku memang menyusahkan, begini saja sampai lupa, kak Namjoon pasti sudah menungguku kan? Aku benar- benar bodoh, maafkan aku kak"
"Jimin, sudah cukup, kemari sekarang dan pikirkan segala yang baik baik saja selama perjalanan, aku tidak marah, dan kau tidak menyusahkan, you are amazing as your fingerprints oke? , kakak tunggu di klinik"
Dari sekian juta manusia yang muking pernah ia kenal pada abad abad sebelumnya di masa lampau yang begitu penuh misteri, Jimin berani bersumpah jika Namjoon satu satunya yang mampu membuatnya membenci bagian lain dari dirinya sendiri.
"Ya kak, Jimin kesana"
"Oke, stay positive ya, jangan mikir buruk di jalan, kakak nggak akan matiin telfonnya sampai kamu di sini"
"Oke kak, i'll be there as soon as possible"
22/09/2020