ah aku ingat, kamu pernah bilang kalau punya akun di semesta oren ini kan? ya, walau tak mengikuti siapapun, tapi kamu aktif.
jadi aku harap, kamu bisa baca ini --walau di lain sisi, aku tau begitu mustahil nya harapanku.
untukmu, korban kebodohan ku malam ini, seorang yang terganggu olehku malam ini, aku minta maaf.
kedekatan kita--ah tunggu, kita bahkan tak sedekat itu. kebersamaan kita --eh, kita juga tak pernah bersama, bukan?
malam ini, dengan alunan lagu kebangsaan pada telingaku, hantaman pada hati setelah membaca pesan mu begitu berarti.
“hapus, aku tak ingin ada yang melihat.” katamu.
di sini, di tempat yang mungkin tak akan kau temukan, aku ingin bertanya; kenapa?
sebegitu tak sudi nya kamu, ya? bahkan pesanku saja tak kau balas.
tapi tak apa, kita saja memang tak dekat, jadi aku akan mencoba mewajarkan kalimat mu.
ditemani derasnya hujan bersama guntur di luar kamar ku. aku menulis ini, dengan menantang diri sendiri, mengaktifkan sambungan internet, berharap; barangkali kamu menjawab pesanku.
barangkali ada setidaknya satu saja pesan darimu; “tak apa, memang tadi kenapa bisa telepon mu ada pada teman mu?” atau “tak apa, lain kali jangan berikan teleponmu sembarangan.”
tak apa. tak apa. tak apa. tahukah kamu sebegitu mengharapkan dua kata sederhana itu aku sekarang?
— dari aku, adik bodoh yang masih bingung dengan namanya sendiri.
madrasah diniyah — kamar ku,
Senin, 29 Maret 2021