Mulai menulis cerita sejak masih kuliah di IKIP Semarang di media lokal seperti Suara Merdeka, Suara Bengawan, Suara Karya. Terhenti menulis karena mengalami shock kebudayaan saat bekerja di Sekolah Republik Indonesia Tokyo. Baru empat tahun kemudian setelah serba sedikit mengetahui kebudayaan/kebiasaan hidup orang Jepang saya mulai menulis cerita pendek lagi. Saya sangat menghindari menulis dengan latar negeri tertentu tetapi karakter dan budaya tokoh tetap Indonesia. Begitupun yang terjadi konvergensi, perpaduan mengingat begitu luasnya kebudayaan suatu negeri.
Bersama kepulangan saya ke Indonesia tercinta, hilang pula dua naskah novel yang semula akan diterbitkan di Indonesia setelah tinggal di Tanah air. Apa lacur, disket yang berisikan novel saya tidak bisa dibuka karena perbedaan sistem. Ya sudah, saya kemudian menggeluti dunia pertanian sampai sekarang.
Lalu timbul kembali kesadaran menulis. Saya lalu mempercayai kata-kata Sastrawan Indonesia, Triyanton Triwikromo, "Penulis itu banyak pintu masuk tapi tak satu pun ada pintu keluarnya!" Dan buktinya memang saya sekarang kembali menulis. Kali ini saya menulis novel "Seruling di Tepian Malam". Menyusul kemudian beberapa novel yang masih di kepala. Mohon doa dari pembaca untuk segera melahirkannya, termasuk novel yang hilang tapi masih nempel di kepala.
- Magelang
- JoinedFebruary 7, 2023
Following
Sign up to join the largest storytelling community
or