hermionearms

takdir tidak berbibir, siapa sangka kartala harus mengurai pedih sebab tak sangka jika dekade tak mampu memisahkan luka yang seluas samudera
          	
          	takdir acap kali bicara. 
          	
          	kini, siapakah yang dipermainkan? 

hermionearms

"ini namanya gudeg! makanan yogya!" 
          
          si rambut sebahu kecokelatan memamerkan potongan buah nangka dari piringnya penuh bangga 
          
          "gak akan ada yang lebih enak dari tamusu" cibir adhi 
          
          brak! 
          
          pekikan dari pengunjung warung makan tempat mereka singgah berhasil membuat kartala ditatap sinis sang pemilik warung 
          
          "hehe, maaf" 
          
          setelah menundukan punggungnya ke beberapa pengunjung kartala kembali menatap sengit adhimukti
          
          "malu-maluin, cepet habisin tuh makanan"
          
          "gak selera"
          
          alis si pemuda terangkat heran padahal siapa yang tadi terlihat bersemangat menyantap makanan aneh (menurut adhi) di piringnya 
          
          "tadi katanya –"
          
          "gak usah bahas tamusu!"
          
          
          kita delapan belas, kartala benci tamusu selalu. 

hermionearms

"adhi, nanti waktu kita dua puluh – aku mau kita ketemu disana!"
          
          laki-laki dengan kacamata yang selalu bertengger di hidungnya itu tersenyum tipis hanya mampu dirasa hati
          
          "aku gak yakin bisa kesana"
          
          gadis bertudung merah muda itu terbelalak — "loh?! kamu kok jadi pesimis gitu sih?"
          
          pemuda, belum genap lima belas menghela nafas berat lalu memasang raut wajah sekenanya
          
          "aku belum tentu bisa lolos ujian masuk kesana, kartala"
          
          si tudung merah muda mencelos, dirinya bahkan tidak ketahui apa perkara yang akan terjadi di masa depan. bagaimana kalau gagal benar menghampiri dan menampar realita?
          
          kampus biru, candi dan gudeg.