adisa

it's crystal clear from those signs that he's already hers. she said, "where's my bf?" when he wasn't there. come on, you have to be awakened! kamu kalah, dari awal kamu juga sudah kalah. pelan-pelan kamu harus mundur meskipun rasanya sakit.

he's hers, step back, sa. 

how could she possibly ever love you better than i do? tell me you don't love her

she's better than you.

oh? tapi ya, benar, who am i? what are we?

saya bingung, sekarang rasanya seperti abu-abu bahkan hampir ke hitam dan ya, seperti yasudah saja. apa lebih baik cukup saja?

cukup lega meluapkan suara hati ke dalam sebuah tulisan yang dikenal sebagai sebuah karangan belaka. iya lega, tapi tidak hilang sakitnya— masih ada, di sana.

isyarat dari dalam diri itu yang kerap kali diabaikan ternyata tidak bisa dibohongi. semenjak saya tahu tentang semua itu, entah mengapa setiap waktu yang dihabiskan bersama, seolah berganti teman— yang semula ditemani rasa suka dan bahagia, kini ditemani rasa duka dan sakit. 

perasaan ini datang lagi— perasaan takut, panik, kecewa, dan sedih. perasaan yang juga membuatku merasakan sakit kembali, sakit secara batin dan sedikit mempengaruhi kehidupanku. aku tahu alasannya mengapa, tapi terlalu enggan untuk mengakuinya karena terlalu jahat jika aku mengakuinya. 'itu' tidak jahat, hanya saja harapanku yang membuatnya menjadi jahat. menangis pun juga percuma, seolah semakin menambah rasa sesak. semoga kali ini akan berangsur pulih dengan cepat, tidak seperti yang lalu. aku ingin damai dan tenang, perasaan aku layak untuk menang dalam keheningan. 

i love him so much so i let him love the girl he wants.