BOW, Preview Chapter 15:
The Greatest Fears & Nightmare
———
Beberapa waktu lalu, sebuah mimpi buruk sempat menyinggahi isi kepala Yerin. Buruk. Buruk sekali sampai-sampai membuat Yerin kerap terjaga di malam-malam selanjutnya. Semua kejadian itu masih setia menggelayuti alam bawah sadarnya, Yerin dilanda sugesti yang membuatnya semakin takut bila mimpi itu akan kembali dan lagi-lagi menghantuinya.
Saat daksa mungilnya rehat dan terlelap malam itu, ia mulai bermimpi. Dirinya tersesat di sebuah hamparan gurun yang begitu banglas sejauh mata memandang. Bermandikan keringat sebab sengatan surya yang menusuk epidermis, kedua tungkai ringkih yang semakin melemah itu ia paksa untuk terus berlari meski sesekali tertatih—ditambah dua telapak yang bertelanjang. Dengan gontai ia terus melangkahkan kaki tanpa tujuan pasti. Napasnya terengah-engah, pandangannya kian mengabur, kulitnya berubah kusam, bibirnya kering, kepalanya pening, dress putihnya pun ikut lusuh dan nyaris koyak.
Sepasang obsidiannya terus menilik, mencari apapun yang sekiranya dapat membantu Yerin untuk segera keluar dari tempat itu. Tapi sial, ia tak menemukan apapun di sana. Yang ia jumpai hanyalah kosong, kesunyian, dan kersangnya tanah yang menghampar bak permadani raksasa. Semua tampak cokelat, begitu kering, disertai desir angin yang bertiup—kian menambah panasnya hawa.
Tiada batang hidung lain yang tampak, tiada peraduan, tiada tumpuan, tiada naungan, tiada asupan nutrisi, atau tirta barangkali setetes pun. Semuanya tidak ada—kecuali peluh dan air matanya, itu pun nyaris mengering. Yang ada hanya dua; batang tubuhnya sendiri dan jutaan pasir sebagai pijakan.
Dalam ketersesatannya yang terasa begitu kritis, ia benar-benar sendiri.
———
Well, semoga bisa mengurangi rasa penasaran kalian terhadap chapter selanjutnya. Biarpun secuil sksksksksksksksk XD