Seongwu mengerutkan alisnya ketika melihat Daniel, tidur dengan posisi telentang di lantai kamar mereka yang cukup sempit. Ditatapnya ekspresi Daniel yang sulit ditebak.
"Sini, hyung." kata Daniel pelan, meminta Seongwu untuk merebahkan kepala di dadanya. Sewaktu pria yang lebih tua membuka mulutnya, Daniel langsung menyela. "Bicaranya nanti, hyung."
Mulut Seongwu terkatup, perlahan terduduk dan merebahkan kepalanya di dada Daniel yang bidang.
Daniel menghela napas, mengelus rambut Seongwu dengan kedua tangannya.
"Hyung? Terima kasih karena telah selalu menemani aku sejak Produce 101."
Napas Seongwu langsung tercekat. Detak jantung Daniel berpacu lebih cepat, begitu pula miliknya.
"Kamu selalu mendukungku apapun yang terjadi. Sewaktu ada gosip aku merokok, sewaktu cewek yang pernah dekat denganku berbuat ulah. Kamu tidak pernah menyalahkanku, selalu peluk erat-erat sambil membisikkan kata-kata yang menenangkan. Terima kasih, hyung.
"Aku senang, bahagia, dan bangga karena bisa mengenal kamu. Rasanya aku benar-benar bersyukur karena dapat bersama kamu selama hampir dua tahun. Aku bahagia karena punya kamu, Seongwu-hyung."
Daniel terdiam, jemarinya tetap mengelus rambut Seongwu lembut. Hanya terdengar suara napas mereka sampai akhirnya Daniel membisikkan kata,
"Aku sayang kamu, Seongwu-hyung. Tetaplah bahagia."
Seongwu memejamkan matanya. Debaran jantungnya sudah tidak teratur, dan air matanya tidak bisa dibendung lagi. Ia hanya terdiam. Menahan isakannya dan membiarkan air matanya jatuh.
Semua kenangan secara tiba-tiba terlintas begitu saja.