Mengapa harus kepada hujan kutitipkan salamku? Sedangkan kau, masih asik berlindung dibawah hangat payung yang kau bawa. Mengapa kepada hujan kusematkan namamu? Sedangkan kau masih asik menunggu hujan mereda. Mengapa kepada hujan ku masih senang menyapa mu? Sedangkan kau membenci hujan disetiap denting rintiknya. Mengapa kepada hujan, kebiasaanku berbisik tentangmu masih ingin kulakukan? Sedangkan, kau dan aku sama-sama tahu. Hujan masih enggan turun dari langit, hujan masih enggan singgah kebumi. Hujan terlalu enggan, melihat kau masih mengenakan payung saat dia datang menghampiri.
—Hujan, kau dan kata—