indraroom

dan akhirnya aku kembali ke tempatku di Janaka untuk mengarang beberapa penulisan di lembaran kertas
          	
          	ketemu di chapter selanjutnya ️⏳

indraroom

Akhirnya senja kembali membawa masa lalu ku. Masa lalu mengenai kita dan keluarga kecil kita yang dahulu kalanya di zaman kuno, dikatakan kita adalah sepasang suami isteri serumpun yang menjalinkan hubungan percintaan selama beberapa bulan di sebuah istana disebutkan buah maja yang mempunyai rasa pahit.

indraroom

Maka malam mulai kembali menjemput masa lalu kita yang kian terhapus dari ingatan. Ketika ku sedari dari mimpi malam yang terisi kekosongan, jiwa yang resah dan gelisah menunggu kepulangan mu, ternyata malam ini langit menyimbah air hujan mendinginkan suasana kegelapan cakerawala bersamamu.
          
          Pintu kamar yang tertutup sebagian ku tarik tombol pintu perlahan dan menjenguk sorotan matà ke luar disaat menyedari susuk tubuh mu tiada di ranjang.
          
          Mata mu redup, wajah mu terlihat lelah, badan yang sedikit basah dek air mandi dan rambut yang kurang rapi. Tangan yang sedang sibuk memegang telefon dan mata yang menahan mengantuk.
          
          "Kakanda.”
          
          Kau tatapi ku dengan alis yang naik sedikit. Segera meletakkan telefon mu tanpa terlepas pandang dari wajah ku jelas tertunjuk kau menghormati isterimu. Lalu kau mendepakan kedua-dua tanganmu lalu berkata, "Sini, kemari, adinda sayang.”
          
          "Apa dahinya masih panas? Kanda harap adinda sudah minum obat. Biar cepat sihat, sayang. Kanda kawatir adinda kenapa-kenapa dirumah nanti.”
          
          "Adinda sudah minum, makanya tertidur. Kanda sud-”
          
          "Sudah, sayang. Kanda sudah basuh kaki, siram kepala dengan air, gosok gigi, cuci muka dan.. beli mam buat adinda.”
          
          "Eh, benar? Kanda beli mam-kah?”
          
          "Haah, adinda, kanda tunggu adinda bangun jam segini eh ternyata beneran bangun. Alhamdulillah kanda senang, bisa mam dengan adinda dan Piyan di dalam perut ibu.”

indraroom

Hari ini, aku hilang kepercayaan terhadapmu. Bahkan aku kehilangan kekuatan ku untuk meneruskan beberapa kalimat tulisan dari pena dakwat. Lalu aku bertanya, kemana sudah kau kuburkan dukungan dan semangat untukku yang selalu kau berikan? Lagi sekali air mataku mengalir dan terlepas dari kelopak sorotan mata seraya membuang pandangan terkilan di bingkai fotomu.