Pemandangan bangunan dan kompleks gua dengan gaya arsitektur Hindu, Islam, Cina, dan Eropa ini nampak eksotis dengan material batu karang dari laut selatan. Gua Sunyaragi merupakan situs dengan nilai sejarah. Gua ini merupakan peninggalan para sultan Cirebon yang diperkirakan dibangun mulai 1529.
Sultan dan anggota kerajaan menggunakan lokasi ini untuk beristirahat, meditasi, juga menggembleng fisik dan mental. Oleh karena itu, kesan sakral bisa dirasakan saat berada di areal gua ini.
Salah satu sudut Gua Sunyaragi. Tempo/Ika Chandra
Beberapa bangunan di kompleks gua ini memiliki fungsi masing-masing di masa lalu. Mande Beling, misalnya, biasa dipergunakan sultan untuk beristirahat saat mengunjungi Sunyaragi. Mande Beling berbentuk joglo berpagar kayu dengan pecahan beling (kaca) yang ditempel pada bagian bangunan.
Bangsal Jinem, adalah tempat sultan memberikan pengarahan atau wejangan kepada para pengikutnya. Bangsal ini juga dipergunakan sultan dan anggota kerajaan menyaksikan prajurit yang tengah berlatih perang atau bela diri.
Gua Pengawal berfungsi sebagai tempat berkumpul para pengawal dan pengiring sultan. Lalu ada pula Gua Pande Kemasan yang digunakan untuk membuat senjata seperti keris, tombak, dan barang logam lain.
Gua Peteng, merupakan gua paling gelap. “Gua ini digunakan untuk menyepi agar mendapatkan ilmu kekebalan tubuh,” ujar pemandu di Gua Sunyaragi. Di dalam gua ini, konon terdapat lorong sepanjang kurang lebih 12 kilometer yang tembus ke Gunung Jati.
“Sebelumnya, banyak anak kecil yang tersesat dan akhirnya ditemukan meninggal di Gunung Jati,” ujar pemandu lagi. Akhirnya, saat gua dipugar pada 1977-1982, lorong ini ditutup.