Ironisnya aku sudah mulai melupakan suaramu, bahkan bayang-bayang wajahmu sudah mulai pudar dari ingatanku, senyum manismu entah sudah berapa lama tidak lagi kau tunjukkan, tetapi entah kenapa perasaan di hatiku semakin lama semakin bertumbuh layaknya sebuah bara yang diperciki api. Perasaanku padamu layaknya sebuah siklus matahari yang tenggelam dan terbit, mungkin di penghujung hari akan hilang, tetapi seperti mentari pagi yang akan terbit, keesokan harinya perasaan itu akan tumbuh lagi.
Catatan dari luka untuk sang pembuat luka.