izagusta

Boleh bilang capek gak sih ?
          	Bukan ingin mengeluh,hanya ingin dimengerti...

izagusta

Bagaimana bisaa menyalahkan orang lain atas pelecehan verbal yg di lakukannya,sedangkan orang tua sendiri memberikan akses untuk itu..
          Bagaimana cara menceritakan ketidaknyamanan akan hal itu kepada orang lain,jika baru bercerita saja,kita langsung di cemooh orang2,di anggap sok cantik,sok jual mahal,terlalu baper..
          Padahal mereka tidak tau seberapa usaha kita untuk menjaga diri,seberapa usaha kita membatasi diri dari seorang laki2,agar nyaman,agar terhindar dari hal2 yg tidak di inginkan..
          Serba salah menjadi seorang perempuan.
          Ketika mudah berteman dg siapa saja,tidak ada batasan,di kira murahan..
          Namun,ketika berusaha menjaga diri dg menjaga batasan,malah dikira sok jual mahal,sok paling cantik,kege'eran..
          Padahal kalau bukan kita yg menjaga diri kita sendiri,siapa lagi ??

pancas1123

Hallo, ini Biya. Khaliluna Anbiya. 
          Gadis lapuk di awal 30-an tahun yang masih enggan melepas masa lajangnya.
          
          Siapa peduli kalau orang-orang menyebutnya perawan tua? Mereka bahkan tak segan-segan menjadikan Biya sebagai pusat bisik-bisik dan perhatian.
          
          Tapi bagi Biya semua itu nggak penting. Toh gadis yang sudah menginjak umur kepala tiga itu selalu berprinsip "Selagi gue bahagia, persetan sama omongan orang."
          
          Begitulah sekiranya keyakinan teguh yang selalu Biya pegang. Lagipula nggak ada yang salah dari hidupnya. Lajang itu bukan AIB. Lajang jaman sekarang itu trendi. Right?
          
          Tapi kehidupan Biya yang terbilang aman dan bebas hambatan itu seketika jungkir balik saat Om Bagas memintanya mengisi posisi sekretaris menejer baru yang sekarang tengah kosong.
          
          "Aargh! JINGGA SIALAN!"
          
          .
          
          Askara Jingga. Bujang. 27 tahun. Songong, sombong, minus etika - dan anggap saja bisu. Tipikal bos-bos rese yang hobi menyiksa bawahan. Selalu sengit tiap kali menatap keberadaan Biya.
          
          Bagi lelaki blesteran Korea dan setengah surga itu, sosok Biya sudah seperti sumber dari segala macam masalah dan kesialan.
          
          "Kalau kamu manusia yang punya etika, kamu pasti tau namanya hukum timbal balik."
          
          Sial! Apalagi yang bisa Biya lakukan untuk mengembalikan hidupnya ke posisi semula - terbebas dari segala keruwetan ini? Kalau sepanjang hari dia harus berurusan dengan makhluk minus etika seperti Askara Jingga?
          
          Dibaca dulu gess..
          Pelan-pelan, tarik napas..
          Simpang di daftar bacaan..
          Tungguin notifikasi update..
          Siapa tau suka :)
          
          https://www.wattpad.com/story/234309515-ending-choice