"Dulu saat saya masih kecil, mama saya sangat memperhatikan saya dengan baik. Itu karena saya masih berstatus anak tunggal. Setelah saya mendapatkan adik, mama mulai mengurangi perhatiannya terhadap saya. Tentu saja karena perhatian itu harus dibagi untuk anak-anaknya yang lain. Awal mulanya saya cukup bisa menerima seluruh perlakuannya. Mulai dari waktu mengobrol berdua yang tersita, dibiarkan mengerjakan tugas sekolah sendiri, tidak diacuhkan, disuruh ini itu dan banyak lagi hal-hal yang sangat berkebalikan dengan hidup saya sebelum memiliki saudara. Tapi, setelah adik-adik saya mulai tumbuh besar, saya jadi paham dengan semua yang saya terima beberapa waktu lalu. Mama bukan ingin mengurangi perhatiannya terhadap saya, tapi beliau berusaha adil dengan anak-anaknya. Apalagi umur anak pertamanya berjarak cukup jauh dengan adik-adiknya. Mama merasa jika sudah saatnya saya tumbuh menjadi kakak, dan remaja. Mama mulai melakukan pendidikan anak mandiri, untuk saya. Karena menyadari betapa manjanya saya kepada beliau dan Papanya. Dengan menyuruh saya mengerjakan pekerjaan-pekerjaan ringan yang sekiranya mampu saya kerjakan, beliau berhasil membentuk kepribadian yang mandiri dalam diri saya. Saat memasuki sekolah menengah pertama, saya sudah benar-benar tidak memerlukan bantuan mama saya. Mulai dari daftar sekolah, berangkat dan mengerjakan tugas, sudah saya lakukan sendiri tanpa dibantu orang tua saya. Tanpa disadari bentakan mama juga membuat saya ciut dan marah di waktu bersamaan. Mengendalikan emosi saya adalah salah satu cara yang bisa membuat saya tenang. Mungkin saya akan sedikit menggerutu pada awalnya, tapi tetap saya lakukan walaupun dengan memaksa diri saya sendiri...