karpuzsuika

Miris...
          	Banyak sekali cerita yang aku baca tapi penulisnya kurang paham atau bahkan sama sekali ngga melakukan riset kecil sama apa yang dia tulis alias nulisnya ngasal, asal ada ide langsung ketik, langsung post cuma demi meningkatkan rating.
          	Terlepas dari genre yg mereka masukan untuk setiap cerita yg mereka tulis #ini jg sama mirisnya. 
          	Beberapa contoh kecil yg aku sering temui, ada penulis yg mencantumkan penyakit2 fisik atau gangguan2 psikologis (wah kesannya keren bgt bs nulis istilah medis atau psikologis) tapi g sedikit yg nulis tanpa riset. Bahkan kadang ngga ngerti apa beda psikolog maupun psikiater :'( 
          	Ada yg nulis tentang pernikahan atau perceraian, tp jg ngga ngerti sm hukum2 bagaimana pernikahan dan perceraian itu bs sah. Apa yg bs membatalkan nikah atau perceraian dll
          	Saya mengkritik ini karena meski sebagai seorang amatir yg baru belajar menulis, seseorang yg membuat sebuah karya itu scr psikologis jg pny tanggung jawab untuk memberikan kebenaran atas tulisan yg dia buat. Banyak yg berdalih, kn ini cm fiksi bukan kenyataan. Tentang agama anda dibilang fiksi? Tentang penyakit anda bibilang fiksi? 
          	Tidak kah penulis bs berfikir lebih jauh, dosa yg ditanggung olehnya, ketika menulis sebuah informasi berdasarkan subjektifitas tanpa dasar ilmu akan mengajak dan membawa pembacanya pada kesalahan persepsi yg sama salahnya. Berapa orang yg salah persepsi? Berapa banyak dosa yg hrs ia tanggung dr org2 itu, ketika mengumpat ketika mencela.
          	Karena menurut saya edukasi, ngga cuma harus melalui pembelajaran disekolah ataupun ceramah2 ustad di mesjid atau majelis ilmu, kl anda bs menjadi agen perubahan untuk ilmu yg benar kenapa tidak? #maaf kl ada yg baper

NafsbintiMarhaban

@karpuzsuika mntap bnget tuh kak :)
          	  Salken
Reply

karpuzsuika

Miris...
          Banyak sekali cerita yang aku baca tapi penulisnya kurang paham atau bahkan sama sekali ngga melakukan riset kecil sama apa yang dia tulis alias nulisnya ngasal, asal ada ide langsung ketik, langsung post cuma demi meningkatkan rating.
          Terlepas dari genre yg mereka masukan untuk setiap cerita yg mereka tulis #ini jg sama mirisnya. 
          Beberapa contoh kecil yg aku sering temui, ada penulis yg mencantumkan penyakit2 fisik atau gangguan2 psikologis (wah kesannya keren bgt bs nulis istilah medis atau psikologis) tapi g sedikit yg nulis tanpa riset. Bahkan kadang ngga ngerti apa beda psikolog maupun psikiater :'( 
          Ada yg nulis tentang pernikahan atau perceraian, tp jg ngga ngerti sm hukum2 bagaimana pernikahan dan perceraian itu bs sah. Apa yg bs membatalkan nikah atau perceraian dll
          Saya mengkritik ini karena meski sebagai seorang amatir yg baru belajar menulis, seseorang yg membuat sebuah karya itu scr psikologis jg pny tanggung jawab untuk memberikan kebenaran atas tulisan yg dia buat. Banyak yg berdalih, kn ini cm fiksi bukan kenyataan. Tentang agama anda dibilang fiksi? Tentang penyakit anda bibilang fiksi? 
          Tidak kah penulis bs berfikir lebih jauh, dosa yg ditanggung olehnya, ketika menulis sebuah informasi berdasarkan subjektifitas tanpa dasar ilmu akan mengajak dan membawa pembacanya pada kesalahan persepsi yg sama salahnya. Berapa orang yg salah persepsi? Berapa banyak dosa yg hrs ia tanggung dr org2 itu, ketika mengumpat ketika mencela.
          Karena menurut saya edukasi, ngga cuma harus melalui pembelajaran disekolah ataupun ceramah2 ustad di mesjid atau majelis ilmu, kl anda bs menjadi agen perubahan untuk ilmu yg benar kenapa tidak? #maaf kl ada yg baper

NafsbintiMarhaban

@karpuzsuika mntap bnget tuh kak :)
            Salken
Reply