lailief

Sejak saat itu aku berhenti. Mengganggap tidak terjadi apa-apa dan mencoba menata dari awal kembali sebagai teman. Ternyata melupakan tak semudah itu. Bukan aku tak mengikhlaskan, tetapi rasa kecewa ini yang ternyata belum sepenuhnya lepas.
          	Bukan hanya soal rasa, tetapi ternyata sejak saat itu pun aku tak lagi punya kata. Goresan kataku seakan kehilangan nyawanya. Tidak..tidak.. aku tak ingin dan bahkan tak pernah ada niat mengganggu. Mana ada aku tahu kabarmu? Yang aku tahu, entah sejak kapan kamu yang memutus pertemanan ini. Jadi, memang cukup sampai di sini. Aku pamit.

lailief

Sejak saat itu aku berhenti. Mengganggap tidak terjadi apa-apa dan mencoba menata dari awal kembali sebagai teman. Ternyata melupakan tak semudah itu. Bukan aku tak mengikhlaskan, tetapi rasa kecewa ini yang ternyata belum sepenuhnya lepas.
          Bukan hanya soal rasa, tetapi ternyata sejak saat itu pun aku tak lagi punya kata. Goresan kataku seakan kehilangan nyawanya. Tidak..tidak.. aku tak ingin dan bahkan tak pernah ada niat mengganggu. Mana ada aku tahu kabarmu? Yang aku tahu, entah sejak kapan kamu yang memutus pertemanan ini. Jadi, memang cukup sampai di sini. Aku pamit.

lailief

Capek.
          Satu kata yang entah itu menggambarkan apa. Antara pikiran yang entah kemana arahnya ini sedang dikejar oleh orang-orang yang katanya paling peduli, tapi justru acuh. 
          Sekedar bertanya tanpa solusi. Sekedar sindiran di kotak tawa seorang penyendiri yang katanya keterlaluan. Atau sekedar senyum sapa formalitas yang terlontar.
          Iya, hidup memang tak melulu sendiri, tapi bolehkah aku bahagia dengan hidup ini?
          Izinkan aku untuk tenang, izinkan aku untuk damai, dan ingatkan aku untuk selalu bersyukur.
          
          
          -awal Juli di tahun keenam perantauan
          
          

lailief

Lucu. Iya, terkadang kalau dipikir hidup ini lucu saja.
          Ada sebagian cerita yang ingin kita rangkai, ternyata kata orang itu bukan cerita yang bagus
          Ada sebagian lagi tentang sesederhana harapan tanpa pamrih, ya anggap saja kalau terwujud itu anugerah, kalau tidak ya sudah, percaya saja kalau pasti ada jalan baik lain di depan sana. Ternyata itu bisa disebut harapan perlu balasan oleh orang lain.
          Terserah apa kata Engkau saja, sampai saat ini dan nanti pun diri ini tetap berpasrah. Benar-benar pasrah dan entah petunjuk apalagi yang Engkau berikan untukku. Semoga aku tidak semakin sesat dan jauh. Aamiin

lailief

Ada kutipan yang masih kuingat, "Kalau kepalamu kosong, baca. Kalau kepalamu penuh, nulis."
          
          Jauh sebelum ini, kutipan itu berjalan sesuai dengan apa yang tertulis. Namun entah mengapa sudah satu tahun ini, kepalaku rasanya penuh, tetapi ketika dihadapkan dengan lembar kosong tetap saja tidak ada satu kata pun yang tertulis. 
          
          Banyak.. banyak sekali isi kepala ini yang seakan berputar, tapi tak mampu keluar. Lelah, iya lelah dengan semua yang tidak sejalan. Namun, diri ini masih bisa berpikir, "Apa iya harus menyerah sekarang? Sabar dikit lagi, yuk. Sebentar saja, pintu berkah di depan sudah terbuka lebar kok. Ingat, Allah selalu bersama hambaNya, jadi perbaiki ibadah, yuk. Iya, biar lebih dekat denganNya tentunya."

lailief

Lagi. Aku melihat sosoknya yang sederhana. Dia yang apa adanya. Dia yang senyumnya menenangkan. Iya, aku jatuh hati dengan dia yang seperti ini. Jadi, jika memang belum terlambat, boleh aku langitkan namanya di sepertiga malam? 

lailief

Hi my february! Hello you. 
          Apa kabar kamu? Cerita? Iya nanti kalau aku punya cerita, akan kusampaikan. Tentu tentang dia, bukan? Dia yang sosoknya selalu menginspirasi. Dia yang sabarnya bukan main. Dia juga yang tentu paham dengan agamaNya. Nanti, iya nanti. Kalau saatnya tiba, akan kutuliskan satu kisah yang romantis versiku dengannya. Nanti, iya nanti. Tunggu, ya! Sabarlah sedikit lagi, insyaAllah.  

lailief

Hai, dua hari kemarin aku bertemu dengan dia. Satu dari banyak orang yang jadi fokusku kala itu selain anak-anak itu tentunya. Walaupun singkat, aku berharap bisa bertemu kembali dan kenal lebih dekat. Nanti aku beri tahu kamu, ya. Doakan saja yang terbaik.

lailief

Imanku tak setangguh itu untuk bisa menghadapi apa apa yang menentang kalau sudah soal prinsip dan akidah. Aku masih takut kalau nanti tergelincir. Aku juga takut kalau nantinya diri ini menjadi semakin jatuh. Jadi, apa salah kalau kamu masih menjadi pembandingnya? Lagi lagi soal ketenangan batin yang entah mengapa itu tak ada ketika diri ini sedang bersamanya. Jadi, apa salah kalau parameterku masih di kamu?

lailief

Permulaan yang kamu sebut perkenalan dan akhir yang aku sebut selesai ternyata sudah bisa aku tutup kisahnya. Tentu selesai yang tak akan membuat patah, sebab ini adalah perjalanan terbaik versi-Nya untuk aku juga kamu.
          Selamat melanjutkan cerita kemudian.
          
          https://www.wattpad.com/story/341114128?utm_source=android&utm_medium=link&utm_content=share_writing&wp_page=create&wp_uname=lailief&wp_originator=OUVkcGEyQC75%2BF6rXG3artfagU043Jc8w%2F0PqrpBscEtoxwxRl1oDe4rb%2F%2FJcCDl98ii7NhcwLCfeb2VSQ7aU9PrIvaeTw6zuFm%2FcyhnVvKg%2BzL0OfP%2BxhFquExJy9DF

lailief

Seperti yang pernah aku sampaikan sebelumnya, kalau jatuh cinta itu adalah anugerah yang menyenangkan dan rasanya tak mungkin pahit walaupun berakhir jatuh di orang yang salah. Karena dengan begitu, kamu akan tahu kalau yang namanya sekufu itu adalah syarat mutlak sebuah hubungan. Meski aku atau kamu beranggapan kalau sudah sefrekuensi, tapi kalau tidak sevisi jalan kita sudah pasti berbeda. 
          Aku sadar kalau visimu dan visiku memang berbeda. Terima kasih sudah menjadi inspirasi tulisanku untuk yang kesekian kali. Selamat berbahagia atas perjalanan ibadah panjang yang akan kamu lakukan mulai hari ini. Dari aku yang katamu adalah teman terbaik.