Akhirnya, aku benar-benar menangis di depannya. Menunduk. Ya Allah.
"Maaf." Suaraku bergetar. Menjaga agar tidak terisak. "Ada banyak emosi yang mendadak enggak bisa aku kendalikan."
Marwah membawa kepalaku ke pundaknya. Tangannya mengusap-usap punggung. Benar. Dia adalah definisi nyamanku. Bahkan untuk menjadi cengeng sekalipun, aku tak malu.
TTM update! Ini mah beneran, bukan prank.
I just published " part 40 " of my story " Titik Tiga Muanaqah. (Sekuel BSP) ". https://www.wattpad.com/1450515482?utm_source=android&utm_medium=profile&utm_content=share_published&wp_page=create_on_publish&wp_uname=listiya08