Aku wanita gila yang berusaha bersikap biasa saja seolah tidak ada masalah apapun dalam hidupku. Aku pernah menjadi si paling ekstrovert dan periang untuk menutupi setiap luka yang ku pendam sendirian karena menghibur orang lain nyatanya menyenangkan juga. Tapi tahun demi tahun nyatanya belum juga ada kebahagian yang dapat kuraih semua kian sulit hingga aku kembali introvert dan kali ini benar2 diam. Tatapanku beeubah dingin tidak ada kata yang terucap untuk menyapa orang lain. Aku tidak lagi butuh teman karena kebanyakan dari mereka palsu. Aku selalu ada dan tersenyum ketika ia menceritakan kisah cinta nya yang rumit tapi aku menertawakan diriku yang memiliki hidup yang jauh lebih rumit darinya. Bukan mengadu nasib hanya menyembunyikan fakta. Agar ia bahagia dan merasa di dengarkan.
Namun adakah dari mereka yg melakukan hal yang sama untuk ku?
Aku terlalu bodoh! Kata ibu aku harus belajar agar bisa bahagia, nyatanya memborong semua prestasi pun masih belum bisa membuatku bahagia. Punggung ini terlalu berat otak ini terlalu penuh haruskah aku memukulnya agar terasa lebih baik. Semesta terlalu jahat atau aku yang terlalu lemah, manusia pendosa ini selalu meminta pada rabbnya namun mungkin saja kesalahannya sendiri masih terus menghukumnya sehingga tuhan menunda kebahagiaannya.
-me
Apakah cerita ini harus di lanjut?
Komen yah