[untuk aku, si sulung, dan semua sulung di dunia]
Entah sudah berapa kali, kamu dipaksa mengalah, kamu dipaksa memahami, kamu dipaksa untuk mengerti.
Setiap hari, diam-diam kamu menangis.
Kamu lelah.
Kamu mulai lelah terus mengalah, kamu mulai lelah terus disalahkan, kamu mulai lelah terus tertekan.
Kemudian, satu pertanyaan muncul sebelum kamu beranjak tidur, satu pertanyaan sederhana yang menyeruak mengganggu hati.
"Kenapa, aku terlahir sulung? Kenapa nggak adek aku aja yang lahir duluan,"
Ketahuilah, nanti, suatu saat, ketika kamu sudah tumbuh dewasa, pertanyaan itu akan terjawab. Entah dimana kamu berada nanti. Akan ada saatnya, kamu akan sadar, kamu akan paham, kamu akan mengerti, kenapa kamu lahir sebagai sulung.