Coba tepis asumsi bahwa ia adalah anak yang bodoh dan ia anak yang pintar.
Hakikatnya tidak seperti itu, tidak ada bodoh dan pintar. Yang ada hanya siapa yang mau berusaha dan enggan berusaha.
Ada anak yang pandai tapi malas belajar, seperti sebuah pisau ia jadi tidak lagi tajam karena tak pernah diasah.
Ada pula anak yang kurang pandai atau sulit memahami pelajaran, tapi ia mau berusaha, ia bertekad untuk bisa dgn terbatasnya kemampuannya, ia belajar siang malam meski harus kepayahan memahami suatu materi, tapi ia bertekad untuk bisa. Dan karena usahanya, ia jadi pandai.
Kesimpulannya adalah, kesuksesan dan kebisaan seseorang bisa kita ukur dari seberapa keras ia berusaha. Seberapa kuat tekad nya untuk bisa dan merealisasikan itu semua.
Jangan lalu berpangku tangan setelah kita merasa bahwa diri kita telah pandai, bukankah ilmu itu luas? Bukankah seluas apapun wawasan kita masih ada ilmu yang maha luas?
Teruslah belajar dan merasa kurang atas ilmu yang kita dapat.
Satu hal, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang dibagikan, ilmu yang diajarkan pada orang lain, ilmu yang dengan ikhlas membuat orang lain juga turut mengerti banyak hal.