"Aku bertanya kepadanya, bertanya mengenai soal kehidupan yang sangat sulit untuk dijalani oleh seorang gadis yang tumbuh seperti halnya diriku, di dalam kehampaan ruang dan waktu yang semakin lama semakin membunuhnya, memakan jiwanya secara perlahan di dalam kegelapan yang sangat mengerikan, penuh dengan emosi, kebencian, juga dengan penuh kesendirian yang sangat pilu. Tapi apa jawabannya? Dia hanya tersenyum, tersenyum tegar walau itu palsu, walau ia harus menunggu seseorang yang telah pergi darinya untuk selama lamanya, juga kisah kehidupan sialnya itu. Aku iri. Kenapa aku tidak bisa sekuat dirinya yang selalu ada di sampingku semenjak kecil? Aku berharap aku bisa menjadi wanita tegar dan cantik seperti dirinya, walau ia tumbuh dengan tidak kesempurnaan, tapi aku menyayanginya, karena ialah sahabatku satu satunya di dunia fana ini, sahabat yang kuakui, sahabat yang hanya bisa kuketahui keberadaannya, Naomi" — Nadhira Nisa A.