nhlatul.ulla

TENTANG KISAH YANG BERWARNA HITAM, PUTIH DAN ABU ABU
          
          kutulis serpihan bait bait, bukan untuk berbagi sendu, hanya ingin ku tunjukkan bahwa pilu bisa dilahirkan kembali menjadi melodi dalam senyawa senyawa puisi.

pada rindu-rindu yang sunyi
          aku menyertakanmu pada lembar-lembar doa 
          menuliskan segala keresahan selama kita belum bisa bersua
          bukan urusanku kau merindukanku atau tidak
          sebab yang kutahu, rindu itu kerelaan
          kerelaan mendoakan tanpa meminta balasan.

maaf tapi aku ingin sekali menyudahi semua ini, jika kau ingin pergi sudah ku pastikan kau tidak akan kembali. tolong jika kau sudah tetapkan jalan segeralah berkemas dan tinggalkan, aku tidak ingin bermain main lagi dengan harapan, tidak ada yang lucu dari mempermainkan perasaan seseorang. berhentilah seolah-olah kau mencintaiku karena aku tau kalau nyatanya tidak seperti itu. teruntuk ombak jika akhirnya kau pergi maka biarkanlah aku melepaskanmu sekali lagi, dan untuk terakhir kali, Terimakasih.
          
          -uni

jangan memintaku menanti. kalau semua janji yang kamu ketahui itu, cuma tumpukan benda mati.

kembali menghela nafas, kembali dipaksa ikhlas

aku benar-benar menunggu, 
          seiring basa-basi itu, 
          kau utarakan sepotong kalimat yang sudah menahun, tidak usah berujar rindu,
          cukup katakan saja kau ingat aku :)

aku ingin bercerita pada senja
          menitip harap pada burung dara
          menggelora meliuk melintasi samudra
          lantas menyampaikan harap pada yang maha kuasa
          
          kita lakukan sesuai keinginanmu
          aku tak akan menahan lagi egomu
          berhenti saja, setidaknya tidak ada yang terluka
          
          saat itu aku harusnya tetap bisu
          untaian kata itu harusnya dihambat sembilu
          "sebenarnya, dimatamu ilusi macam apa aku?"
          sebelum rasa membelenggu 
          
          mungkin bukan takdirnya
          mungkin tuhan tidak rela
          "bagaimana denganmu? apa yang kau harap dari rasa?
          
          pergilah mencari singgah
          tapi singgahlah dengan sungguh

pernah begitu sabar berjuang sepenuh hati, tanpa menyadari separuh dadaku kau tusuk belati.

sesak, dimana aku semakin terdiam dan tenggelam dalam pikiranku, aku menangis dan menghapus air mataku sendiri, mengangkat kembali diriku sendiri, dan terus berjalan karena tidak ada orang yang akan menggosok punggungku dan mengatakan itu akan baik-baik saja.

kamu datang di saat kapalku hampir tenggelam, kupikir kamu akan menemaniku hingga ke daratan, nyatanya kamu meninggalkanku dengan ombak yang menghantam.