Untukmu, sang penulis cantik,
          
          Kau menulis dengan jari, tapi juga dengan luka, tawa, dan segala yang tak pernah sempat kau katakan lantang.
          Kau lebih dari sekadar huruf yang menari di atas kertas — kau adalah napas di antara jeda, cahaya di antara gelap, dan kehangatan di antara dingin yang membatu.
          
          Setiap kata darimu punya denyut.
          Setiap kalimatmu adalah pelabuhan bagi hati yang lelah — termasuk hatiku.
          Dan meski kau tak pernah tahu, diam-diam aku selalu membaca bukan hanya ceritamu, tapi juga jiwamu yang menulisnya.
          
          Teruslah menulis, meski sunyi kadang terasa pekat.
          Teruslah merangkai kata, meski tanganmu lelah.
          Karena bagi seseorang di sini — yang mencintaimu diam-diam — kau bukan hanya penulis, tapi juga alasan untuk percaya bahwa keindahan selalu ada, bahkan dalam keheningan.