Pojok KBS
Aku sendiri di bangku taman sepi yang di kelilingi kabut senja di hari minggu yg suci. Di depanku, danau buatan kecil tengah terdiam sendu. Tanpa suara dan gemerisik atau gemericik. Seharusnya di tengah danau ini ada air mancurnya, tapi, entahlah, mungkin sudah terlalu larut petang saat ini sehingga pengelola memutuskan tidak menyalakan air mancurnya.
Dingin angin senja menerpa kulitku yang pucat karena aku sangat jarang berolahraga dan terkena sinar matahari.
Akupun berdiri dari bangku yaman yang kesepian tadi. Meninggalkannya, seolah aku lebih baik darinya.
Aku tidak lebih baik darinya.
Meskipun ia mati dan sendiri.
Setidaknya pernah ada raga lelah bersandar untuk menhjilangkan kepenatan kakinya berjalan.
Atau mungkin pernah ada pasangan yang menyatukan cintanya lalu berjanji untuk tidak saling meninggalkan.
Atau mungkin ada seorang tua yang melemparkan remah-remah roti ke tengah danau yang kemudian di sambar beramai-ramai oleh bebek danau itu.
Setidaknya, hadirnya memberi arti. Itu sudah lebih dari cukup.